October 25, 2024
PENDIDIKAN

Sinergi ITB STIKOM Bali dan ITS Surabaya, Bali jadi Pilot Project “Gerakan Seribu Tangan Palsu”

LITERASIPOST.COM, JIMBARAN | ITB STIKOM Bali bersinergi dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjalankan sebuah misi kemanusiaan melalui program “Gerakan Seribu Tangan Palsu”.

“Program Gerakan Seribu Tangan Palsu ini merupakan hasil kolaborasi pentahelix antara akademisi ITB STIKOM Bali dan ITS, Pemerintah Kota Denpasar, asosiasi/komunitas serta media. Program ini juga merupakan salah satu bagian dari program yang sering kita dengungkan, yakni ITB STIKOM Bali untuk Negeri,” ujar Wakil Rektor III ITB STIKOM Bali, I Made Sarjana, SE., MM didampingi Direktur Layanan Industri, Karir dan Alumni, Dr. Evi Triandini, M.Eng saat jumpa media di Jimbaran Hub, Kamis (20/10/2022).

BACA JUGA :  Bule Jatuh di Hotel, Kuasa Hukum Ajukan Laporan ke Disparda Bali

Dikatakan, Gerakan Seribu Tangan Palsu sangatlah mulai sehingga ITB STIKOM Bali siap menjadi garda terdepan dalam menyukseskan program ini. Dengan bantuan tangan palsu nantinya diharapkan bisa membantu penyandang disabilitas (cacat fisik tangan) agar bisa lebih produktif dan tidak membebani keluarga maupun masyarakat.

“Mungkin mereka (penyandang cacat tangan) selama ini termarjinalkan atau dikucilkan, maka kita akan bantu mereka. ITB STIKOM Bali akan menjadi pusat pabrikan tangan palsu. Hal ini pula menjadi implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi unggulan, yakni pengabdian kepada masyarakat. Kami juga akan melakukan revisi kurikulum menjadi kurikulum berbasis project. Dari Bali, khususnya Denpasar, kita harapkan program mulia yang akan diluncurkan mulai 28 Oktober 2022 ini bisa berkembang ke seluruh Indonesia,” jelasnya.

Wakil Rektor III ITB STIKOM Bali, I Made Sarjana, SE., MM (kanan) saat meninjau pameran tangan palsu Printridi. (Foto: igp)

Inisiator Gerakan Seribu Tangan Palsu Wan Zaleha Radzi yang juga dosen ITS Surabaya, Djoko Kuswanto menjelaskan bahwa implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi selama ini cenderung pada keilmuannya saja, dan belum dirasakan langsung oleh masyarakat. ITS memiliki teknologi yang cukup maju, untuk itu ingin berkolaborasi dengan kampus di Bali. Pihaknya melihat ITB STIKOM Bali sangat unggul dalam hal pembinaan SMK serta menjadi pendamping SMK di Bali.

“Kita semua punya kecintaan pada Bali, jika ingin gerakan ini menjadi gerakan yang sifatnya lokal, nasional bahkan dunia maka kami memulainya dari Bali,” terang Djoko bersama founder Wan Zaleha Radzi, Wan Nor Soleha binti Wan Ahmad Radzi.

BACA JUGA :  UP3M FK UNUD Adakan Workshop Kurikulum dan Persiapan Akreditasi Internasional ASIIN

Djoko menegaskan, program-program bantuan kaki palsu, tangan palsu dan lainnya dari berbagai pihak di seluruh dunia selama ini biasanya hanya bersifat donasi. Artinya, berfokus pada jumlah dan tidak ada pemantauan kondisi lebih lanjut pada penerima setelah pemberian bantuan tersebut. Saat ini Lab ITS sedang mengembangkan digital menggunakan Printer 3D (atau Printridi) mulai scaner hingga printing untuk produksi tangan atau kaki palsu. Dalam kaitan ini ITB STIKOM Bali sangat cocok karena memiliki kapabilitas di bidang digitalisasi.

“Kenapa program ini belum bisa berjalan di Surabaya dan daerah lainnya? Karena terganjal pentahelix. Difabel itu adalah tanggung jawab bersama atau gotong royong, dan Bali punya hal itu. Makanya, Bali kita jadikan pilot project untuk mencanangkan Gerakan Seribu Tangan Palsu,” urainya.

Lanjutnya, ada 7 pilar dalam gerakan ini, yaitu database, product development, legal & HKI, produksi, distribusi, training dan pelatihan, serta marketing komunikasi. Semua itu bisa diterapkan di Bali. Pihaknya menggandeng Dinsos Kota Denpasar, Asosiasi Printridi Indonesia serta sejumlah SMK binaan ITB STIKOM Bali dan SMKN 1 Denpasar.

BACA JUGA :  FK UNUD dan RS Bali Mandara Siap Bersinergi

“Mungkin ini memang jalan Tuhan ya, begitu kita canangkan di Bali, pentahelix itu terpenuhi semua. Kita akan membuat tangan palsu, dimana desainnya dari akademisi dengan sistem open source, bukan dipatenkan, banyak tempat akan ditraining printer 3D, mereka akan mendownload open source ini, kita mentraining anak-anak SMK untuk bisa mencetak dengan printer 3D. Tugas kampus adalah membina dan meneruskan termasuk mensupport hal-hal apa saja yang dibutuhkan, ini dapat menumbuhkan ekonomi sirkular. Kalau peran Dinsos adalah melatih penerima.tangan palsu agar bisa mandiri, terlebih Dinsos Denpasar punya program yang sangat bagus yaitu Rumah Kreatif Difabel,” tutupnya. (igp)

Related Posts