October 25, 2024
GAYA HIDUP & TEKNOLOGI

World Parkinson’s Day 2023 di Bali Ditandai Pembentukan Komunitas Penderita Parkinson “BAPARWA”

LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Kurangnya pengetahuan dan kepedulian pada penyakit Parkinson merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai pada seluruh populasi. Penyakit ini kurang mendapat perhatian khusus sehingga seringkali terlambat dideteksi atau telah berdampak pada kualitas kesehatan dan kehidupan penderita dan keluarganya secara umum. Menurunnya kemampuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sejalan dengan perkembangan penyakit berakibat meningkatnya ketergantungan penderita terhadap bantuan orang lain dalam menjalani aktivitas.

Berdasarkan kondisi tersebut, Peminatan Kelompok Studi (Pokdi) Movement Disorder Perdossi Cabang Denpasar dan Residen Neurologi RSUP Prof Ngoerah mengadakan pengabdian masyarakat yang difokuskan pada pembentukan suatu komunitas. Kegiatan yang berlangsung di Renon Denpasar, Minggu (16/4/2023) ini sekaligus menjadi rangkaian World Parkinson’s Day 2023 yang diperingati setiap tanggal 11 April.

Penderita Parkinson diberikan layanan kesehatan oleh residen. (Foto: igp/Literasipost)

Ketua Pokdi Movement Disorder Perdossi Cabang Denpasar, Prof. Dr. dr. DPG Purwa Samatra, Sp.S (K) menjelaskan Parkinson atau Parkinson’s Disease (PD) merupakan penyakit neurodegeneratif kedua terbanyak setelah Alzheimer’s Disease (AD). Parkinson merupakan penyakit progresif yang ditandai dengan gejala bradikinesia, tremor, rigiditas dan instabilitas postural. Prevalensi Parkinson diperkirakan 329 per 100 ribu penduduk dengan insiden tahunan berkisar antara 16-19 per 100 ribu penduduk. Berdasarkan epidemiologinya, Parkinson meningkat seiring bertambahnya usia terutama di atas 50 tahun, dengan puncak usia antara 85-89 tahun. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 1,7%:1,2%.

“Parkinson banyak diderita oleh lansia, semakin banyak lansia maka penyakit ini makin banyak pula, tapi Parkinson bisa diobati dan dikontrol, yang penting rajin berobat dan obatnya ditanggung oleh BPJS. Selain itu bisa juga melakukan senam khusus bagi penderita,” ujar dr Purwa.

Ketua Pokdi Movement Disorder Perdossi Cabang Denpasar, Prof. Dr. dr. DPG Purwa Samatra, Sp.S (K) (tengah) didampingi Ketua Panitia World Parkinson’s Day, dr. Sri Yenni Trisnawati, M. Biomed, Sp.S (K) (kiri). (Foto: igp/Literasipost)

“Jumlah lansia di Bali diperkirakan 1 hingga 2 persen dari total jumlah penduduk sekitar 4,5 juta jiwa. Tiap rumah sakit di kabupaten/kota sudah ada Dokter Syaraf dan tersedia obatnya. Usia hidup penderita bisa panjang karena Parkinson bukan penyakit mematikan,” imbuhnya.

Dr Purwa menyampaikan munculnya Parkinson seiring dengan penambahan usia. Penyakit ini dapat diantisipasi dengan melakukan kontrol atau konsultasi sejak dini kepada Dokter Syaraf.

BACA JUGA :  Prodi Sarjana Manajemen FEB UNUD Gelar Pelatihan Top 10 "Create Your Business 2022"

Sementara itu Ketua Panitia World Parkinson’s Day, dr. Sri Yenni Trisnawati, M. Biomed, Sp.S (K) mengatakan pada kesempatan ini dilakukan pembentukan komunitas yang diberi nama Bali Parkinson Warriors (BAPARWA). Komunitas ini melibatkan penderita Parkinson, keluarga, petugas kesehatan, serta aparat pemerintah sehingga meningkatkan kualitas hidup dari penyandang Parkinson.

“Dengan pembentukan komunitas penderita Parkinson ini, diharapkan penderita dan keluarga mendapatkan dukungan moril dan meningkatkan sosialisasi bagi penderita serta  keluarga dengan penyandang parkinson lainnya. Hal ini turut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dasar, dan kecakapan bagi keluarga yang mendampingi penderita parkinson. Komunitas ini nantinya akan merangkul penderita di seluruh Bali, tapi sementara saat ini kita mengajak yang ada di Denpasar, Badung dan Tabanan,” jelas dr Sri Yenni. Peluncuran komunitas BAPARWA ditandai dengan pemotongan tumpeng.

BACA JUGA :  Penyerahan Hadiah High Spender Bank Mandiri di Level 21 Mall, Pemenang Pertama Raih Emas

Ditambahkan, salah satu kegiatan rutin yang akan dilakukan setelah pembentukan komunitas ini adalah sosialisasi (penyuluhan) kepada penderita parkinson dan keluarganya yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Parkinson, pengobatan ataupun pemeriksaan serta pendampingan keluarga yang harus didapatkan oleh penderitanya. Kegiatan sosialisasi juga secara tidak langsung dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar bahwa penderita Parkinson membutuhkan lingkungan sosial yang suportif. Selain itu dengan penatalaksanaan yang tepat diharapkan dapat menurunkan dan mencegah efek sampingnya.

Pelayanan terapi Prana yang diikuti oleh semua undangan. (Foto: igp/Literasipost)

Salah seorang penderita Parkinson, Luh eka mengatakan dirinya mengkonsumsi 2 jenis obat setiap hari. Dia yang kebetulan bekerja sebagai perawat di Rehab Medik Jantung RSUP Prof Ngoerah ini pun mengaku mengalami perkembangan yang lebih baik. “Semuanya tetap semangat ya, saya pun rajin melakukan senam untuk meningkatkan gerakan tubuh agar lebih leluasa. Kita harus tetap bergerak, tetap minum obat dan tetap semangat,” ajaknya.

Kegiatan pengabdian ini diisi dengan pelaksanaan senam Parkinson yang dipandu oleh residen, pelayanan kesehatan khusus Parkinson, pelayanan terapi Prana oleh dr. Ketut Ayu, MARS, dan penyuluhan mengenai gangguan tidur pada pasien dengan Parkinson oleh Dr. dr. Desak Ketut Indrasari Utami, Sp.S (K). Turut hadir pula Ketua Perdossi Dr. dr. Eka Widyadharma, M.Sc, Sp.S (K). (igp)

Related Posts