November 25, 2024
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Dari Pantai, Dully Kini Berselancar di Ruang Digital

LITERASIPOST.COM, KUTA | Park23 Creative Hub secara aktif mensponsori pengembangan seni di Bali khususnya dalam bentuk ekspresi yang paling orisinal. Setelah pameran Yaari Rom pada Juli lalu, kini Park23 dengan memperkenalkan Dully – A Surfer’s Mind, untuk melakukan pameran tunggal Seni Digital mulai dari tanggal 3 hingga 28 Agustus 2022.

“Kami (Park23 Creative Hub) secara rutin mengadakan eksebisi bulanan untuk seni-seni yang unik dari berbagai generasi maupun background. Misi yang kami jalankan adalah konservasi air dan kesinambungan laut di Bali, yang kita wujudkan melalui seni. Nah, kebetulan Dully membawakan tema yang sejalan,” terang Yoke Darmawan selaku D&A Consultancy sekaligus pengelola Park23 Creative Hub.

BACA JUGA :  RS UNUD Bekerja Sama Tim Pengembang SITI Adakan FGD "Sosialisasi Layanan Online Self Diagnosa Hepatitis untuk Masyarakat"

Untuk pertama kalinya, Dully merilis karya pilihannya sekitar 50 kanvas cetak untuk dipamerkan secara eksklusif. Visi berjiwa bebasnya, representasi makhluk hidup seperti mimpi dan ekspresi psikedelik yang semarak telah dikuratori dinikmati berbagai kalangan di galeri seni utama Park23.

“Saya mempelajari seni digital ini secara otodidak, namun darah seni memang mengalir dari orang tua saya. Awalnya saya berkecimpung di olahraga surfing,” ungkap Dully saat pembukaan pameran sekaligus press conference, Rabu (3/8/2022).

Pada kesempatan ini dia juga memberikan kesempatan kepada partisipan dan tamu undangan untuk menemukan bakat dirinya sebagai DJ yang menginspirasi, bersama dengan Vinyl DJ yang dibawakan oleh Westside MuzeeQ.

Pengunjung tampak menikmati seni digital karya Dully yang dipamerkan di galeri Park23 Creative Hub. (Foto: igp)

Selain acara artistik, kegemaran terbesar Dully dalam hal surfing (berselancar) di Bali diungkapkan dan dibahas melalui bincang-bincang seru bersama Rizal Tanjung, Tipi Jabrik dan Tai Buddha.

Dully, dengan nama asli Sinaga Goatama, lahir di Bali pada tahun 1976 dari seorang ibu asal Austria dan ayah Jawa. Terlahir berbakat sebagai peselancar yang mengarungi ombak Pantai Legian sejak usia 5 tahun, Dully adalah anak sulung dari 3 bersaudara dalam keluarga selebriti dengan Tipi Jabrik (legenda sejati dunia selancar Indonesia) dan Luna Maya (model dan aktris terkenal) sebagai adik kandungnya.

BACA JUGA :  Lomba Bapang Barong PKB XLIII, Duta Kota Denpasar Tampil Apik dan Memukau

Disponsori oleh brand terbesar di industri, Dully dinobatkan menjadi peselancar pro yang bersaing di tingkat internasional tertinggi. Salah satu peselancar Bali paling berbakat di pertengahan tahun 90-an, ia berkeliling dunia mengarungi ombak legendaris di Hawaii, Australia, Prancis, dan sekitarnya. Dully menduduki peringkat 239 di seluruh dunia (1995) dan di antara penghargaan lainnya, memenangkan Quicksilver Airshow penghargaan bergengsi (Canggu, Bali 2004).

Pensiun dari selancar profesional memberikan Dully kesempatan untuk mengembangkan banyak bakat seninya. Dipengaruhi oleh adegan grunge Nirvana dan Pearl Jam yang berbasis di Seattle, ia tampil sebagai penyanyi utama dan gitaris Gotham, sebuah band rock yang ia ciptakan bersama saudaranya.

Menindaklanjuti kecintaannya pada Richie Hawtin dan musisi awal techno, Dully beralih ke pertunjukan DJ langsung, memberikan pertunjukan kepada orang-orang lokal yang antusias hingga ke Paris, LA, dan komunitas di gurun Nevada.

BACA JUGA :  Tingkat Hunian Rata-rata Hotel di The Nusa Dua Lampaui 65 Persen pada Juli 2022

Baru-baru ini, Dully fokus mengembangkan gambar eksperimental dan lukisan digital dari studio Cemagi miliknya di Bali barat. Bergeser dari pemandangan laut konvensional dan getaran alam yang disampaikan oleh sebagian besar Surf Artists, ia mengajak audiensnya untuk memasuki dunia ekspresionis seni jalanan, seniman grafiti, dan pecinta seni post punk yang terinspirasi Basquiat.

“Dully is not only a gifted surfer being in rhythm with the ocean, but a beautiful mind riding high waves of emotions. Artworks showcased in our exhibition are powerful statements about how the artist views creation as a healing meditation in action”. 

“One of a kind, Dully is also a generous community actor deeply engaged in global issues. “Burning Man values, namely radical inclusion, self-expression, self-reliance, communal effort and sustainability are core principles guiding both my daily lifestyle and my various forms of artistic expression,” he said.

BACA JUGA :  Survei BI Desember 2023 Catat Kinerja Penjualan Eceran Bali Meningkat

Dully bukan hanya peselancar berbakat yang seirama dengan lautan, tetapi pikiran yang indah mengarungi gelombang emosi yang tinggi. Karya seni yang ditonjolkan dalam pameran ini adalah pernyataan kuat tentang bagaimana seniman memandang karya seni sebagai meditasi penyembuhan dalam tindakan.

“Ini adalah pameran kedua saya. Hasil karya saya sudah banyak dikoleksi oleh para kolektor dari Perancis, Italia, Australia, Jepang dan Indonesia sendiri. Harga lukisan saya mulai 2,5 juta hingga 12 juta Rupiah,” tuturnya.

Uniknya, Dully juga merupakan aktor komunitas yang dermawan terlibat dalam isu-isu global. “Nilai-nilai Burning Man, yaitu inklusi radikal, ekspresi diri, kemandirian, upaya komunal dan keberlanjutan adalah prinsip inti yang membimbing gaya hidup saya sehari-hari dan berbagai bentuk ekspresi artistik saya,” katanya. (igp)

Related Posts