October 25, 2024
EKONOMI & PERBANKAN

4th Indonesia Fintech Summit di Bali, Luhut: 74 Ribu Desa Bisa Dijangkau Fintech

LITERASIPOST.COM, LEGIAN | 4th Indonesia Fintech Summit (IFS) berlangsung di Legian Bali pada 10-11 November 2022 secara luring dan daring dengan mengusung tema “Moving Forward Together: The Role of Digital Finance and Fintech in Promoting Resilient Economic Growth and Financial Stability”. Event ini digelar oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Bertepatan dengan momentum Presidensi G20 dan B20 Summit 2022, topik pembahasan ditekankan mengenai daya tahan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, hingga stabilitas keuangan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan komitmen AFTECH menggelar IFS dan Bulan Fintech Nasional dengan melibatkan banyak pihak setiap tahun menjadi langkah awal dalam mengembangkan ekosistem digital di Tanah Air. Sinergi antar pemerintah, asosiasi, dan pelaku industri Fintech mendorong kemajuan digitalisasi, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

BACA JUGA :  Himatetri FTP UNUD Selenggarakan Kuliah Umum tentang Dunia Kerja

“Penguatan sinergi untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan digital tentunya merupakan arahan yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo dalam pemulihan ekonomi nasional demi Indonesia maju. Maka, kegiatan ini perlu diapresiasi dan didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah,” kata Luhut.

Luhut optimis ekonomi digital di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dengan perkiraan mencapai USD124 miliar sampai USD146 miliar pada 2025 karena adanya dorongan akselerasi perkembangan ekonomi digital dengan berbagai inovasi yang dilakukan. Pihaknya merasa bahwa sebanyak 74 ribu desa di Indonesia juga dapat berpotensi dijangkau oleh Fintech sehingga layanan keuangan digital semakin dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia.

BACA JUGA :  FK UNUD Terima Kunjungan Tim Pengumpulan Data dan Informasi Kemensekneg dalam Diskusi

Kepala OJK, Mahendra Siregar menyebutkan nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi mencapai lebih dari USD330 miliar pada 2030. Untuk mencapai angka tersebut, pemerintah bersama BI dan OJK terus melakukan koordinasi untuk memastikan kebijakan dan layanan kepada perusahaan untuk untuk dapat mendukung pencapaian target tersebut.

“Hal terbaik yang dapat dilakukan regulator adalah mempromosikan layanan inovasi digital dan mengurangi potensi risiko yang sekiranya dapat muncul. Apalagi, saat ini ekonomi digital domestik bernilai lebih dari USD70 miliar, dimana itu adalah yang tertinggi di ASEAN. Dengan demikian, Indonesia akhirnya dapat menjadi tongkat yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi regional di ASEAN,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Dukung Badung Education Fair, BI Edukasi CBP Rupiah dan Digitalisasi Sistem Pembayaran

Deputi Gubernur BI, Doni P. Joewono menyampaikan bahwa transformasi digital perbankan terus berlanjut, ditunjukkan dengan transaksi kanal pembayaran digital perbankan yang tumbuh sebesar 26,44% (yoy). “Perbankan dan Fintech perlu berkolaborasi dan berkompetisi untuk meningkatkan kualitas layanan. Ke depan, akselerasi transaksi digital memerlukan infrastruktur yang cepat, efisien dan aman. Untuk mengoptimalkan hal tersebut, BI melangkah bersama transformasi digital bagi pemulihan ekonomi melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 guna menciptakan ekosistem pembayaran digital yang sehat. Kita percaya bahwa digitalisasi dapat mentransformasikan masa depan yang lebih baik melalui sinergi regulator dan industri untuk menghadapi tantangan sehingga bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Doni.

Bali memiliki banyak potensi, termasuk perkembangan Fintech yang menjanjikan di segala sektor. Seperti halnya keberhasilan para pelaku usaha tradisional dalam melakukan ekspansi bisnis berkat adanya dukungan dari teknologi digital dan Fintech.

BACA JUGA :  Libur Idulfitri, Operasional BI Bali Tutup Selama Tujuh Hari

“Adopsi teknologi digital, termasuk pemanfaatan Fintech oleh para pelaku bisnis saat ini telah menjadi bagian dari ‘denyut nadi’ perekonomian di Bali. Oleh karenanya, dari kegiatan ini, kami sangat berharap dapat terjalinnya komitmen dan kesepakatan bersama antar pemangku kepentingan untuk memajukan industri Fintech yang memberikan dampak bagi Indonesia serta terciptanya kemajuan inovasi keuangan digital, khususnya bagi pelaku UMKM,” ujar Karo Pengadaan Barang/Jasa dan Perekonomian Setda Provinsi Bali, I Ketut Adiarsa mewakili Gubernur.

Ketua Umum AFTECH, Pandu Patria Sjahrir mengatakan 4th IFS dan Bulan Fintech Nasional 2022 bertujuan untuk mendukung upaya kolaboratif dalam mencapai keseimbangan antara inovasi, pertumbuhan, serta tata kelola keuangan digital dan Fintech yang baik, juga mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

4th Indonesia Fintech Summit. (Foto: ist)

“Dalam mencapai tujuan tersebut, inklusi keuangan menjadi salah satu hal yang harus didorong. Selain itu, regulasi yang kondusif juga menjadi kunci pengembangan industri Fintech yang berkelanjutan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama, baik pemerintah, asosiasi, pelaku industri, serta masyarakat. Dengan kolaborasi yang semakin solid, kami percaya perekonomian masyarakat akan kembali pulih, bahkan dampak positifnya akan dirasakan dalam jangka panjang,” kata Pandu.

Ketua Umum AFPI, Adrian Gunadi menyebutkan hingga saat ini pembiayaan kepada UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah terkait data. “Kita selalu menyebutkan adanya 65 juta UMKM di Indonesia. Pertanyaan saya, dan kami sudah melakukan validasi, apakah data tersebut masih relevan?” ujar Adrian.

BACA JUGA :  LP3M UNUD Gelar Workshop Akreditasi Internasional FIBAA untuk Prodi Sosial-Humaniora

Adrian memaparkan, berdasarkan sebuah riset yang dilakukan bersama dengan salah satu lembaga riset, demografi UMKM di Indonesia sudah sangat jauh berubah seiring dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini. Jika dilihat lebih dalam, sektor UMKM saat ini terbagi ke dalam empat subsegmen dimana terdapat pemain-pemain baru yang dulu belum ada sebelumnya, seperti konten kreator Youtube, pelaku digital advertising dan lain-lain. Pemahaman akan jenis bisnis UMKM yang ada ini sangat penting untuk memetakan sejumlah hal dalam upaya pendanaan.

“Jadi, sebenarnya tantangan terbesar bagi kami selaku penyedia pendanaan bagi UMKM, yakni dimana dan bagaimana kami harus memulai, bagaimana kami harus melakukan penskalaan, bagaimana kami bisa menjaga risiko yang ada guna memastikan industri Fintech Lending bisa terus bertumbuh tetapi juga bisa memiliki portofolio yang bagus,” pungkasnya. (igp)

Related Posts