Efisiensi Dukung Bisnis Logistik Berkelanjutan di Indonesia
LITERASIPOST.COM – NUSA DUA | Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI/ILFA) bersama Federation of International Freight Forwarders Associations (FIATA) menggelar kegiatan tahunan, yaitu FIATA-RAP Meeting 2024 di Merusaka, Nusa Dua, Bali pada 11-12 Juli 2024. Mengusung tema “The Future of Logistics Investment: Navigating Towards Sustainability”, acara ini mempertemukan para pemimpin industri, investor, dan pemangku kepentingan dari seluruh dunia khususnya Asia Pasifik untuk mendiskusikan masa depan investasi di sektor logistik dan bagaimana membangun keberlanjutan dalam rantai pasok global.
Dalam sesi diskusi panel, Kamis (11/7/2024), Direktur Pertamina International Shipping (PIS), Eka Suhendra menyampaikan bahwa PIS telah melakukan beberapa hal, yakni terkait dengan efisiensi penggunaan fuel (bahan bakar). Seperti diketahui dalam shipping business penggunaan fuel merupakan kontributor emission ketika bicara soal sustainability.
“Energy Shipping Deficis yang digunakan bisa menurunkan sebesar 20-25% konsumsi fuel. Itu cukup berkontribusi untuk menurunkan emisi yang dikeluarkan oleh kapal-kapal,” ujar Eka.
Selanjutnya PIS juga terus melakukan digitalisasi untuk mendapatkan satu programming suplaycing, artinya pergerakan kapal lebih maksimal dan efisien. Meski begitu, kargo-kargo tetap bisa diangkut sesuai dengan permintaan customer. “Dari ini juga terjadi efisiensi fuel,” tegasnya.
Kemudian, PIS juga memiliki kapal-kapal baru yang jauh lebih efisien dan ramah energi dibandingkan kapal-kapal yang lama. Enam bulan terakhir pihaknya menambah sebanyak 6-7 kapal baru dengan efisiensi di atas 30%.
Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo mengatakan perlunya mengubah mindset bahwa logistic cost Indonesia sangat tinggi mencapai di atas 23%. Pelindo bekerja sama dengan Bappenas sudah melakukan perhitungan secara benar terkait dengan national logistic cost. Parameter yang digunakan sama dengan parameter yang digunakan di negara-negara lain di ASEAN. Dari hasil perhitungan tersebut ternyata secara riil national logistic cost Indonesia hanya kisaran 14,3%.
“Jadi national logistic cost Indonesia itu hampir sama dengan negara-negara ASEAN,” ucap Prasetyo.
Dari prosentase itu, komposisi untuk transportasi hanya 8,8% dan port side 1,8%. Akan tetapi, Pelindo tetap mengupayakan optimalisasi untuk mensupport turunnya logistic cost dengan melakukan beberapa performasi apalagi setelah merger. Strategi yang paling mudah dilakukan adalah menurunkan port stay dan cargo stay.
Managing Director TaxPrime, M Fajar Putranto menyebutkan pemerintah perlu mendorong agar bisnis logistik di Indonesia makin maju. “Jika pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dan GDP juga naik, tapi di sisi lain justru pengusaha logistik menghadapi persoalan administrasi yang kompleks, maka itu perlu diselaraskan,” katanya.
Untuk efisiensi dalam bisnis logistik, Fajar mengatakan perlunya digital transformation bagi pengusahanya sendiri. Seperti penggunaan block chain dan NFT (Non Fungible Token).
VP Supply and Logistic Operation Kilang Pertamina Internasional (KPI), Woody Boemara mengungkapkan pihaknya sangat konsen terhadap masalah lingkungan dan sustainability. Di antaranya penggunaan bahan bakar ramah lingkungan dan armada yang menghasilkan emisi ramah lingkungan. Ke depan KPI akan melakukan beberapa kolaborasi untuk menggarap pasar Asia-Pasifik.
“Kita terus bekerja sama dengan PIS dan berharap PIS bisa mensupport kita untuk menjaga reability dan efisiensi logistik dalam rangka security of supply untuk menyerukan ketahanan energi di Indonesia,” jelasnya. (igp)