November 25, 2024
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Listibiya Dukung Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali

LiterasiPost.com, Denpasar –
Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan Bali (Listibiya) menyampaikan dukungan terhadap pembangunan Pusat Kebudayaan Bali di Gunaksa, Kabupaten Klungkung. Dukungan itu disampaikan jajaran pimpinan Listibiya saat bertemu Gubernur Bali, I Wayan Koster, baru-baru ini.

Pimpinan Listibiya yang hadir antara lain Prof. Dr. I Made Bandem, Dr. I Wayan Astita, Ida Rsi Agung Wayabiya Sogata Karang, dan Drs. I Wayan Geriya. Hadir pula Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Darmawa.

BACA JUGA :  Prodi Doktor Ilmu Ekonomi UNUD Laksanakan Rapat DKPS dan DED

Prof. Dr. I Made Bandem selaku Ketua Listibiya Provinsi Bali (2016-2021), menegaskan bahwa dukungan itu karena Bali membutuhkan ruang (sarana dan prasarana) yang modern dan canggih untuk melahirkan karya-karya seni bermutu tinggi serta berkualitas internasional.

“Saya meyakini bahwa pembangunan Pusat Kebudayaan Bali ini adalah bagian penting dari strategi pembinaan kebudayaan yang bersifat horizontal dan vertikal,” ujar budayawan senior dan penulis sejumlah buku penting tentang seni pertunjukan Bali ini.

BACA JUGA :  18 Mahasiswa Fapet UNUD Ikuti Program Pertukaran Mahasiswa

Dijelaskan, pembinaan dan pengembangan yang bersifat horizontal adalah pembinaan dan pengembangan yang menekankan pada pemerataan, dimana kesenian Bali yang bersifat wali dan bebali (sakral dan seremonial) harus ditingkatkan keberadaan dan kualitasnya serta dikembalikan fungsinya untuk kepentingan upacara keagamaan. Kesenian ini menjadi sumber penciptaan kesenian balih-balihan (sekuler), dan apabila seni-seni sakral itu punah maka roh (taksu) kesenian Bali akan punah pula.

Sebaliknya, pembinaan dan pengembangan yang bersifat vertikal bertumpu sepenuhnya pada peningkatan mutu (kualitas) dan dilakukan dengan mengadakan festival-festival, parade, lomba-lomba, rekonstruksi, kreativitas, inovasi dan cara-cara lainnya agar kesenian itu memiliki standar nasional, dan internasional. Pembinaan dan pengembangan yang bersifat vertikal ini juga dilakukan dengan penetapan standarisasi dan sertifikasi terhadap sekaa-sekaa, sanggar-sanggar seni, yayasan, dan galeri yang kini jumlahnya mencapai 10.049 buah (data Listibiya 2015). Strategi pembinaan dan pengembangan dengan cara terakhir ini mutlak membutuhkan adanya Pusat Kebudayaan Bali.

BACA JUGA :  Tjok Bagus Buka Tahun 2023 dengan "Sorak Sorai"

“Festival, parade, lomba-lomba, rekonstruksi, serta berbagai kegiatan itu membutuhkan panggung serta ruang pamer dengan standar tinggi, yang tentunya nanti akan tersedia di Pusat Kebudayaan Bali,” ujarnya.

Gubernur Koster menyampaikan apresiasi atas dukungan Listibiya ini. “Semoga nantinya Pusat Kebudayaan Bali akan bisa sungguh-sungguh berperan tidak hanya dalam melestarikan warisan tradisi kita, tetapi juga dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan kita agar dapat menjawab persoalan dan tantangan zaman,” katanya.

BACA JUGA :  Kuatkan Tri Hita Karana, Pasikian Yowana Bali Adakan Pelatihan Kepemimpinan Adat Bali

Pusat Kebudayaan Bali dibangun di atas lahan seluas 300 hektar lebih, akan dilengkapi teater dengan ukuran yang berbeda-beda seperti procenium stage (dua sisi), thrust stage (tapal kuda 3 sisi), arena stage (panggung 4 sisi), dan panggung yang lebih kecil untuk seni-seni khas, serta gedung untuk Pusat Data Kebudayaan Bali.

Selain itu juga dilengkapi dengan museum tematik, seperti Museum Seni Lukis, Museum Patung, Museum Tekstil, Museum Kerajinan (Ukir), Museum Obat, Museum Topeng, Museum Subak, dan Museum Digital lainnya serta kawasan ekonomi kreatif. (igp)

Related Posts