October 25, 2024
PENDIDIKAN

Desa Marga Dauh Puri Minta Dijadikan Desa Binaan FP UNUD

LITERASIPOST.COM, Tabanan | Untuk keempat kali Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP UNUD), menyelenggarakan Agricamp di Desa Marga Dauh Puri, Kabupaten Tabanan. Kepala Desa Marga Dauh Puri I Wayan Wiryanata menyatakan sangat bersyukur atas kehadiran civitas akademika FP Unud.

“Kami berharap Desa Marga Dauh Puri bisa ditetapkan sebagai desa binaan dari Fakultas Pertanian,” ujar Kades I Wayan Wiryanata, saat memberikan ucapan selamat datang pada kegiatan pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian serangkaian Agricamp 2024, Selasa (24/1/2024).

BACA JUGA :  Bertabur Apresiasi di Media Gathering & Awarding Night, UNUD Persiapkan Press Room

Dekan FP UNUD, Dr. IGN Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr menyambut baik “lamaran” tersebut. Ahli penyakit tanaman ini menyatakan secara teknis Desa Marga Dauh Puri layak menjadi desa binaan karena desa ini sangat ramah dan mendukung pelaksanaan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi FP UNUD.

“Terbukti Agricamp sudah terlaksana untuk keempat kalinya di sini, di samping jaraknya relatif terjangkau dari kampus UNUD,” tutur Dr. Alit Susanta.

Setiap tahun civitas akademika FP UNUD melakukan pengabdian masyarakat. Tahun 2023, FP UNUD melepas Tyto Alba (burung hantu) untuk membantu petani mengatasi hama tikus. Kades I Wayan Wiryanata menegaskan burung hantu yang disumbangkan civitas akademika FP Unud sangat efektif mengatasi hama tikus.

“Serangan hama tikus sudah menurun drastis sekarang, terbukti dampaknya kerusakan tanaman padi tidak separah hama tikus seperti beberapa tahun lalu,” tuturnya.

BACA JUGA :  PUPAR UNUD: Hanya 14 DTW di Buleleng yang Ramai Wisatawan

Ditambahkan, selain hama dan penyakit tanaman, permasalahan sektor pertanian muncul dari aspek sosial ekonomi seperti penurunan subsidi pupuk, kelembagaan subak, serta kerusakan saluran irigasi.

Kades I Wayan Wiryanata menjelaskan saat ini pemerintah memangkas jatah pupuk subsidi hingga 52%. Kondisi ini sangat tidak sebanding dengan harapan menjaga ketahanan pangan. Pupuk yang sangat minim disediakan, lanjutnya, berakibat menurunnya produktivitas lahan.

“Saat ini petani hanya mendapatkan 1 Kg Pupuk Urea/are dan 0,7 Kg Pupuk NPK/are. Ini sangat minim dari kebutuhan petani,” tuturnya.

Ditambahkan, subak sebagai lembaga yang mewadahi petani saat ini posisinya sangat lemah. Sebelumnya, kata Kades I Wayan Wiryanata, subak mendapat dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali Rp50 juta, namun sekarang hanya Rp10 juta. “Kondisi ini jelas melemahkan posisi subak,” tuturnya.

BACA JUGA :  Ajukan 16 Proposal, UNUD Adakan Coaching Clinic Presentasi PPK Ormawa

Masalah lain, terkait distribusi air yang berubah yang sebelumnya dengan sistem tektek namun saat ini bangunan temuku (pembagian air dengan sistem tektek) sudah dihapus. Kondisi ini menyebabkan kerusakan saluran irigasi, banyak saluran irigasi tergerus sehingga distribusi air irigasi tidak stabil.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut diisi ceramah penanganan hama penyakit tanaman oleh dosen muda Prodi Agroekoteknologi I Kadek Wisma Yuda, S.P., M.P dan Guru Besar FP Unud Prof. Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP terkait manajemen subak. I Kadek Wisma Yuda, MP memaparkan teknik menangani hama dan penyakit tumbuhan khususnya padi. Sedangkan Prof. Ketut Suamba menyakini kendati subak ada kecendrungan dilemahkan namun subak akan tetap eksis.

“Perlu dilakukan rekayasa kelembagaan seperti membentuk koperasi tani menunjang kegiatan subak. Unit bisnis subak harus dibentuk agar subak memiliki pendapatan sehingga subak tidak tergantung pada bantuan pemerintah atau pihak ketiga,” katanya.

Kegiatan pengabdian tersebut diikuti petani dari Subak Sidang Rapuh, Desa Marga Dauh Puri juga dihadiri kalangan dosen dan mahasiswa FP UNUD. (IGP/r)

Sumber: http://www.unud.ac.id

Related Posts