October 25, 2024
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Indonesia Bertutur 2024 di Bali: Cine-Concert SAMSARA Karya Garin Nugroho Pentas Perdana

LITERASIPOST.COM – NUSA DUA | SAMSARA, karya terbaru dari sutradara Garin Nugroho, dipentaskan untuk pertama kalinya di hadapan penonton Tanah Air melalui program Indonesia Bertutur (INTUR) 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua, Bali, pada 16 Agustus 2024. Cine-Concert Samsara menyajikan pengalaman sinematik yang berani dan mengesankan, serta dengan apik menyatukan bentuk seni, nuansa, dan tradisi Indonesia masa lalu dan kontemporer. 

AA Gde Odeck Ariawan, Pembina Yayasan Puri Kauhan, Ubud, yang turut hadir menyaksikan pertunjukan Cine-Concert Samsara, membagikan pengalaman menontonnya. “Saya sangat mengapresiasi pertunjukan semacam ini diadakan di Bali. Topik ceritanya sangat menyentuh dasar pemikiran saya sebagai orang Bali, di samping semua karakter dan semua pihak yang terlibat sangat berbakat. Tata artistik, penceritaan, pengambilan gambar, dan tata gerak, semuanya luar biasa. Komposisi musik dan sinkronisasi gambar dengan musik dan kolaborasi di antara musisi ini juga luar biasa. Saya sangat kagum pada kualitasnya yang world class”, tutur AA Gde Odeck Ariawan.

BACA JUGA :  Spektakuler! Varuna Bali Raih Penghargaan "Best Outstanding Tourism Innovation 2024”

Samsara merupakan sebuah film bisu hitam putih yang dibintangi aktor Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett dengan iringan paduan musik gamelan Bali dan musik elektronik. Karya ini dipersembahkan oleh Cineria Films, Garin Workshop, dan Lynx Films, yang dibuat bersama dengan Esplanade-Theatres on the Bay Singapura, bekerja sama dengan Silurbarong.co, serta didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Samsara mengambil setting tempat di Bali di tahun 30-an, bercerita tentang seorang pria dari keluarga miskin yang ditolak lamarannya oleh orang tua kaya dari perempuan yang dicintainya. Dia melakukan perjanjian gaib dengan Raja Monyet dan melakukan ritual gelap untuk mendapatkan kekayaan. Namun, dalam prosesnya, ritual ini justru mengutuk istri dan anaknya hingga menderita. Samsara menampilkan banyak elemen pertunjukan tradisional Bali seperti orkestra gamelan, tari tradisional, topeng, dan wayang yang dipadukan dengan musik elektronik digital serta tari dan topeng kontemporer.

Pertunjukan musik Gamelan Bali dibawakan oleh Wayan Sudirana, seorang komposer musik dan etnomusikologi lulusan University of British Columbia, Kanada. Ia mempelajari musik kuno Bali, berbagai tradisi musik dunia, dari Korea, Ghana, dan India, serta musik klasik barat. Selain itu, musik elektronik digital dibawakan oleh grup musik Gabber Modus Operandi, yaitu Kasimyn dan Ican Harem, yang menyajikan hasil persilangan beberapa genre musik. Mereka berkolaborasi dengan bintang musik internasional, Bjork, dalam albumnya, Fossora (2022).

BACA JUGA :  "Maafkan Bli", Divara Band Gebrak Jalur Punk Rock Bali

Produksi Samsara juga turut menampilkan seniman dan penari ternama Indonesia dan Bali, di antaranya Gus Bang Sada, Siko Setyanto, Maestro tari I Ketut Arini, Cok Sawitri, Aryani Willems, koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani, dan penari-penari dari Komunitas Bumi Bajra, Bali. Selain itu, melibatkan para pembuat film yang telah berpengalaman dan mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya. Mereka adalah produser Gita Fara dan Aldo Swastia, penata busana Retno Ratih Damayanti, penata artistik Vida Sylvia, dan sinematografer Batara Goempar, I.C.S.

Sutradara Garin Nugroho mengungkapkan makna dari proses penciptaan Samsara. “Samsara terinspirasi dari kecintaan saya pada film klasik Jerman era 1920-an, Nesferatu (1922) dan Metropolis (1927), yang membawa saya kembali menggali tradisi lokal. Membuat karya ini bagi saya seperti memimpin dan menjalankan upacara tradisi yang hidup di berbagai wilayah Indonesia. Oleh karena itu, mencipta Samsara adalah berupacara dengan berbagai profesi, seperti juru rias, juru masak, juru panggung, penari, pemusik, ketua upacara, dan lain-lain. Setiap upacara merepresentasikan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat, sehingga dalam proses kreatif Samsara, setiap pemain harus mampu membawa dalam dirinya situasi sosial budaya dalam penciptaan samsara,” tutur Garin Nugroho. (IGP/r)

Related Posts