October 25, 2024
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Kolaborasi Kembangkan Wisata Pinus Glagalinggah, AQUA Mambal Ciptakan Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat

LITERASIPOST.COM, KINTAMANI | Lereng Kintamani menyuguhkan lanskap hijau dengan panorama yang menyita perhatian dari sisi vegetasi, topografi, budaya dan kearifan lokal. Selain tujuan wisata yang sudah umum dikunjungi di Kintamani, ada Hutan Pinus Glagalinggah yang mulai berkembang. Hutan ini dikelola oleh desa dengan pendampingan berbagai pihak, salah satunya adalah pihak swasta.

Salah satu wahana di Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah. (Foto: Literasipost)

Dimulai pada saat pandemi, tahun 2021, sebagai upaya melestarikan alam dan Budaya Bali, PT Tirta Investama – Pabrik Mambal (AQUA Mambal) membangun kolaborasi dengan Kelompok Tani Hutan Glagalinggah Lestari dalam mengembangkan Program Desa Wisata Berbasis Konservasi dan Budaya.

Program dikembangkan di kawasan Hutan Pinus Glagalainggah di hamparan vegetasi pinus seluas 51 Ha dan perkebunan masyarakat Dusun Glagalinggah. Aktivitas yang dibangun bersama mencakup pelestarian lingkungan, menggerakkan sosial dan mendorong Ekonomi kemasyarakatan. Lembaga yang sudah ada seperti Kelompok Petani Hutan, Kelompok Wanita Tani Hutan, lembaga desa adat, dan Sekeha Teruna, diberdayakan dengan lebih optimal.

Kegiatan pemaparan program pendampingan dan kolaborasi pengembangan Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah, Kamis (21/12/2023). (Foto: Literasipost)

Dari sisi lingkungan, penanaman 4.000 pohon berbagai jenis tanaman konservasi dan tanaman buah ditujukan untuk meningkatkan heterogenitas vegetasi yang didominasi tanaman pinus. Disela-selanya, pembuatan 2.605 unit rorak ditujukan untuk mengurangi limpasan air hujan dan meresapkan kembali sebanyak mungkin air ke dalam tanah. Rorak ini adalah upaya konservasi teknis yang juga akan membawa manfaat kesuburan bagi vegetasi diatasnya.

Stakeholder Relation Manager AQUA Mambal, Nyoman Arsana menyampaikan pendampingan di Glagalinggah ini juga menjadi penting karena kajian hidrogeologi menunjukkan bahwa area Kintamani adalah area tangkapan air bagi hulu Tukad (sungai) Badung.

“Kolaborasi ini menjadi menarik dengan terlibatnya masyarakat Glagalinggah yang ingin melestarikan hutan di desanya menjadi wisata,” kata Arsana.

BACA JUGA :  Kanwil DJP Bali dan Kodam IX/Udayana Teken Kerja Sama

Ketua Pengelola Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah, Wayan Sumadi menjelaskan manfaat yang diterima dari kolaborasi kemitraan kehutanan. “Kami bisa menyadari dan memahami tentang sisi lingkungan. Kami belajar tentang memaksimalkan memasukkan air ke dalam tanah. Kami belajar merawat dan menghitung 50 ribu pohon, sekaligus memonitornya. 35 ribu di antaranya adalah pohon pinus,” jelasnya.

Di bidang sosial dilakukan sosialisasi dan pelatihan cara merawat hutan pinus dan pengembangan Taman Bumi Banten seluas 5 Ha di kawasan hutan berupa penanaman berbagai pohon obat dan upacara. “Empat hingga enam kali dalam setahun kami difasilitasi untuk pendampingan bagaimana lingkungan kami memberikan manfaat sosial dan ekonomi,” tambahnya.

Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah sangat menarik untuk dikunjungi. (Foto: Literasipost)

Ketua Tim Pengembangan Tutupan Hutan Dinas Kehutanan dan LH Provinsi Bali, Made Maha Widyartha mengatakan bahwa Glagalinggah adalah satu dari 170 titik di Bali yang dikembangkan untuk perhutanan sosial. “Birokrat membuatkan jembatan, bukan membangun dinding. Kami menyambungkan fungsi dan stakeholder yang ada. Kami berharap bahwa Glagalinggah bisa menjadi wujud perhutanan sosial yang berhasil menyelaraskan hutan antara manfaat lingkungan dan sosial ekonomi,” tegasnya.

Ke depan kami berharap Glagalinggah bisa dihitung angka jumlah air yang masuk, dan karbonnya. Sehingga nanti Kintamani tidak hanya dikenal dengan lake view tapi juga forest view,” jelasnya lagi.

BACA JUGA :  Kanwil Kemenkumham Bali Jalin Kerja Sama dengan 7 Perguruan Tinggi

Secara ekonomi di tahun 2018 masyarakat Glagalinggah hanya mendapatkan manfaat dari rumput untuk pakan ternak. Kemudian pada tahun 2021 masyarakat mulai merasakan peningkatannya secara ekonomi melalui jasa lingkungan dari pengembangan wisata, adopsi pohon, kedai kopi dan tiket tracking dan camping.

“Kami baru melangkah, kami masih butuh bantuan semua pihak untuk bisa membantu pengembangan untuk mencapai harapan kami bahwa hutan tetap lestari,” tutup Sumadi. (igp)

Related Posts