November 7, 2025
BALI

Komposter Bag: Solusi Anti Ribet Sampah Organik Rumah Area Terbatas

LITERASIPOST.COM – DENPASAR | Belakangan, jagat maya di Pulau Bali riuh rendah oleh pro kontra tentang pengolahan sampah. Polemik berkepanjangan muncul pasca ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung bagi sampah organik. Sempat muncul pula pemandangan sampah bertumpuk tidak terangkut di ruas-ruas jalan di beberapa wilayah Kota Denpasar. Padahal, sejatinya sampah organik jika dikelola dengan baik, justru dapat mendatangkan manfaat.

Hal tersebut disampaikan salah seorang warga Kota Denpasar, Gde Wirakusuma kepada media pada Kamis (14/8). “Sampah organik jika dikelola dengan baik dapat menghasilkan kompos yang bisa menjadi bahan penyubur tanaman,” ujar pria yang akrab disapa Wira ini. Jadi bahan dari alam akan kembali ke alam dan tidak menimbulkan masalah bau serta pemandangan kurang sedap.

BACA JUGA :  Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Bangun Semangat dan Harapan Lewat Difel Cafe

Menurutnya, ada beberapa pilihan untuk pengolahan sampah organik yang kerap dipopulerkan dengan Teba Modern atau Teba Vertikal. “Mulai dari berbahan bias beton, tong komposter, tabung pipa komposter serta lubang biopori termasuk komposter bag,” ujar bapak tiga anak ini.

Dari sekian pilihan, pria yang juga ASN di Pemkot Denpasar ini memilih komposter bag. Teba vertikal berupa kantong berbahan terpal plastik ini mirip drum besar berisi tutup di bagian atas untuk menghindarkan serangga serta jendela bukaan di bagian bawah untuk memudahkan ambil komposnya. Baginya, komposter bag menjadi salah satu pilihan yang mudah, murah dan efektif di rumah dengan area terbatas, seperti perumahan di perkotaan yang luasan lahannya rata-rata 1 are atau bahkan kurang.

Komposter bag berukuran 200 liter hanya memerlukan landasan dengan diameter 50 cm x 50 cm dengan tinggi 102 cm serta mampu mengolah sampah rumah tangga dalam jangka waktu yang cukup panjang. “Saya sudah menggunakan selama 1 tahun lebih dan sampai sekarang masih berfungsi dengan baik,” tegasnya. Dengan harga di kisaran Rp30.000 – Rp60.000, komposter bag juga menjadi pilihan yang cukup terjangkau. “Tinggal beli online dan langsung pasang, sudah bisa digunakan untuk mengolah sampah,” jelasnya.

Komposter bag yang bisa dibeli melalui online. (Foto: ist/Literasipost)

Tanpa memerlukan perlakuan khusus, sampah daun dan sampah dapur langsung dibuang ke dalam bag. “Dalam 2 sampai 3 bulan sudah terbentuk kompos dan bisa dipanen untuk dipergunakan menyuburkan tanaman,” ujar warga di Banjar Tangguntiti, Kelurahan Tonja, Denpasar Utara ini.

Penambahan booster berupa cairan pengompos dan ecoenzyme tentu akan lebih baik untuk mempercepat proses kompostingnya. Dengan komposter bag ini pengambilan kompos hasil pengolahan sampah organik juga relatif mudah. “Tinggal ambil dari buka di bagian bawah, tidak perlu tenaga dan waktu yang lama,” ujar penggemar tanaman jepun ini.

Menurutnya, pedoman pengolahan sampah berbasis rumah tangga cukup simple. “Yang terbuat dari alam (organik) kita olah dengan komposter agar menjadi pupuk yang dikembalikan ke alam, sedangkan sampah anorganik yang berbahan pabrik kita kembalikan ke pabrik untuk diolah kembali (recycle) melalui bank sampah,” jelas mantan wartawan ini.

Berdasarkan pengamatan dalam mengolah sampah sejak 2018, pihaknya menyatakan bahwa komposisi sampah harian rumah tangga : 50-60 persen sampah organik, 30-40 persen sampah anorganik dan 5-10 persen adalah residu yang tidak bisa dimanfaatkan/diolah kembali berupa tisue, slip belanja, cotton bud, pampers, pembalut, kapas dan sejenisnya. “Jika kita bisa mengelola sampah dengan baik di rumah tangga dan hanya membuang residu ke TPA, tentu beban TPA akan semakin ringan dan pemrosesan sampah residu jauh lebih mudah dibanding sampah tercampur seperti saat ini,” ujar alumnus Universitas Jember ini.

BACA JUGA :  Srikandi PLN Ikut Kawal WWF ke-10

Pengolahan sampah berbasis rumah tangga dengan komposter dan pelibatan bank sampah akan jauh lebih bermanfaat jika dibarengi dengan upaya pengurangan timbulan sampah sekali pakai. “Caranya dengan selalu membawa kemasan makanan dan minuman pakai ulang seperti rantang, meal box dan tumbler air minum serta totebag dari kain saat ke luar rumah untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai,” ujar pria yang juga aktivis KMHDI ini.

Memang penggunaan kemasan plastik, kaleng dan kaca tidak terhindarkan, terutama dalam produk makanan. Namun jika kita bijak mengelolanya dengan mengolah kembali sampah anorganik tersebut melalui bank sampah, tentu akan lebih bermanfaat dengan tidak berdampak pada lingkungan.

Gubernur Bali telah menerbitkan dua peraturan dalam mengelola sampah. Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai dimana aturan ini melarang penggunaan kantong plastik, styrofoam, dan sedotan plastik, serta membatasi penggunaan plastik sekali pakai di berbagai sektor. Ditambah lagi Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber serta Instruksi Gubernur Bali Nomor 8324 Tahun 2021 yang lebih rinci mengatur pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis sumber di desa/kelurahan dan desa adat.

“Kedua peraturan ini sebenarnya ingin mengajak masyarakat untuk mengolah sampah agar mandiri dan tidak berdampak negatif pada lingkungan,” ujarnya.

Menurutnya, terbitnya kedua peraturan tersebut sebagai upaya melindungi alam dan masyarakat Bali sehingga wajib dipatuhi dan dilaksanakan mengingat pengelolaan sampah yang buruk akan berdampak pada alam, masyarakat dan pariwisata. “Bali adalah pulau kecil dan sebagian besar perkonomian kita bertumpu pada sektor pariwisata,” tegasnya.

BACA JUGA :  Festival Desa Penglipuran XII: Kukuhkan Bali sebagai Jantung Pariwisata Berkelanjutan

Jika kemudian sampah, khususnya yang anorganik semacam plastik, kaleng dan kaca malah mengotori laut, danau, sungai, sawah, hutan dan tempat lainnya yang menjadi destinasi wisata unggulan serta sumber kehidupan kita lainnya tentu akan menjadi bumerang bagi kita sendiri.

Mari sayangi Bali, sayangi alam dan lingkungan maka alam dan lingkungan akan menjaga kita.

9 Langkah Mudah Olah Sampah Organik :

Langkah no. 9 paling menentukan keberhasilan komposting.

1. Siapkan komposter bag berbahan terpal. Bisa dibeli online dengan mengetik Composter Bag.
2. Letakkan di area yang cukup sirkulasi sinar dan udara serta berlandaskan tanah untuk penyerapan air sisa pengomposan
3. Pasang penahan/penguat di keempat sisi komposter bag agar tidak meleyot saat hampir penuh
4. Awali dengan membuat dasar serapan di bagian bawah bag dengan hanya memasukkan sampah kebun.
5. Setelah beberapa waktu tambahkan sampah dapur (mentah atau matang). Lalu tutup lagi dengan sampah kebun supaya terhindar dari kerubungan lalat.
6. Proses ini diulang terus sampai terbentuk kompos di bagian bawah yg bisa diambil secara rutin nantinya.
7. Pantangannya, sama sekali tidak boleh ada sampah anorganik (plastik mika kaca kaleng dll) karena membuat gas dan air terperangkap sehingga memunculkan bau busuk
8. Hindari memasukkan langung ranting dan janur karena menghambat pembusukan (ranting dan lidi janur menghalangi sampah turun. Sedangkan daun janur mengandung lilin sehingga lambat diurai). Sampah janur dan ranting agar dicincang menjadi remah kecil untuk mempercepat pembusukan.
9. Lakukan sekarang. Semakin cepat dilakukan semakin cepat terbebas dari problem sampah. (L’Post/r)

Related Posts