November 7, 2025
BALI

Pameran Foto Alat Bantu Adaptif: Ketuk Hati pemerintah untuk Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas

LITERASIPOST.COM – DENPASAR | Pameran Foto Alat Bantu Adaptif secara resmi dibuka pada Minggu (2/2/2025) di Annika Linden Centre, Denpasar, dan akan berlangsung hingga Minggu (9/2/2025). Pameran ini merupakan tindak lanjut dari Workshop Foto Bercerita yang telah dilaksanakan pada Desember 2024, bekerjasama dengan fotografer profesional Anggara Mahendra. Seluruh pesertanya adalah penyandang disabilitas, dengan topik “Alat Bantu Adaptif dan Aksesibilitasnya”.

Untuk diketahui, Gugus Tugas Alat Bantu Adaptif Disabilitas Bali dibentuk tahun 2021 melalui kerjasama antara UCP Roda Untuk Kemanusiaan (UCPRUK) Indonesia bersama PUSPADI Bali dan Annika Linden Centre (ALC) dengan dukungan Inspirasia Foundation. Program yang dilakukan secara garis besar adalah memastikan penyediaan alat bantu dan teknologi adaptif yang berkelanjutan bagi penyandang disabilitas di Provinsi Bali dengan mengembangkan pemahaman dan komitmen di kabupaten/kota yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota beserta para pemangku kepentingan lainnya.

Para pengunjung antusias melihat Pameran Foto Alat Bantu Adaptif yang ditampilkan para penyandang disabilitas. (Foto: Literasipost)

Di sisi lain juga membangun komitmen bersama dengan membawa praktik-praktik baik daerah, dengan melihat capaian, tantangan dan peluang yang dimiliki. Hal ini perlu dilakukan agar kebijakan yang dibuat betul-betul berpihak pada pemenuhan alat bantu adaptif. Selain itu, pemenuhan alat bantu merupakan tanggung jawab bersama lintas sektor agar kesesuaian, keterjangkauan dan kualitas alat bantu dapat terjaga.

Dengan semakin mandiri dan berdayanya penyandang disabilitas, maka semakin mengurangi beban sosial yang ditanggung pemerintah. Berbagai jalur advokasi telah dilakukan oleh Gugus Tugas Alat Bantu Adaptif Disabilitas Bali sejak didirikan, salah satunya adalah dengan memaksimalkan promosi melalui media dan fotografi.

Direktur UCPRUK, Damaijanti Teguh mengatakan bahwa UCPRUK berbasis di Jogjakarta. Selama 4 tahun bersama-sama penyandang disabilitas yang tergabung dalam Gugus Tugas Alat Bantu Adaptif Disabilitas Bali mengadakan program advokasi terkait pemenuhan hak alat bantu adaptif. Pihaknya telah mendatangi Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Kabupaten Badung dengan satu tujuan untuk memenuhi hak penyandang disabilitas khususnya untuk alat bantu adaptif.

Sebagian hasil karya penyandang disabilitas pada Pameran Foto Alat Bantu Adaptif. (Foto: Literasipost)

“Berbagai cara advokasi yang kami lakukan, tujuannya agar hak-hak ini dipenuhi, karena itu kami juga terima kasih kepada teman-teman media semoga bisa menjadi penyambung lidah dari perjuangan teman-teman penyandang disabilitas. Semoga pameran ini juga nanti menjadi sarana bagi teman-teman penyandang disabilitas untuk bisa menyuarakan dengan kreativitas mereka”, ujarnya.

Ketua Gugus Tugas Alat Bantu Adaptif Disabilitas Bali, Putu Juliani menyampaikan gugus tugas ini terdiri dari 16 anggota dari organisasi penyandang disabilitas di seluruh Bali, baik disabilitas fisik, netra maupun tuli. Sejak tahun 2021 sudah berproses dan berbagai metode advokasi sudah dilakukan termasuk studi banding ke Jogjakarta, simulasi layanan alat bantu, jalan santai, workshop, pelatihan mengenai hak asasi manusia dan juga kegiatan lainnya. Dengan komando dari PUSPADI, pihaknya tidak hanya melakukan advokasi secara general tapi juga membuat produk hukum dalam bentuk draft kertas kebijakan mulai dan Peraturan Gubernur Bali, Peraturan Bupati Badung dan Peraturan Walikota Denpasar yang semuanya sudah diserahkan.

“Jadi, kami tidak hanya berjuang di sisi advokasi tapi juga di sisi regulasi”, ungkapnya.

Pihaknya berharap pemenuhan alat bantu di Bali bukan hanya berdasarkan pendekatan belas kasihan tetapi memang dianggarkan dan direncanakan oleh pemerintah seperti praktek baik yang dilakukan di Jogjakarta dimana semua alat bantunya gratis yang didanai oleh pemerintah setempat.

BACA JUGA :  Erick Thohir Cek Kesiapan PLN Layani KTT G20

“Itulah yang kami harapkan karena alat bantu ini sangat membantu kemandirian sehingga ke depannya kami bisa berguna bagi diri kami sendiri dan tidak menjadi beban bagi lingkungan kami atau bahkan beban bagi negara tapi justru menjadi penyumbang devisa”, harapnya.

Perwakilan Bumi Setara, Vina Eska menyatakan dalam Workshop Foto Bercerita bersama fotografer Anggara Mahendra, selama dua hari para artis (peserta disabilitas) belajar mengambil foto yang baik. Hasilnya pada kesempatan ini dipamerkan. Pihaknya berharap media ikut membantu untuk menyebarkan informasi ini.

Managing Director ALC, Mahomeda Arifin menegaskan bahwa advokasi telah berlangsung sejak tahun 2021. Pendanaannya dari Inspirasia Foundation (Founder ALC) untuk memberikan empowerment atau pemberdayaan organisasi penyandang disabilitas agar mampu bersuara tentang kebutuhannya sendiri. Sehingga ketika task force (gugus tugas) ini terbentuk 4 tahun yang lalu, tujuannya adalah agar anggota task force ini adalah anggota dari organisasi penyandang disabilitas di seluruh Bali yang saat ini sekitar 14 anggota sudah bergabung. Nantinya bisa memperjuangkan hak-hak dari ragam penyandang disabilitas.

BACA JUGA :  Wow! Mahasiswa FH UNUD Raih Juara 1 Lomba Debat Tingkat Nasional

“Kalau bicara pendanaan, selama ini memang di Bali masih melihat penyandang disabilitas itu sebagai obyek charity atau belas kasihan. Jika disadari bahwa pendanaan berbasis charity itu tidak sustainable atau berkelanjutan. Ketika pandemi Covid, banyak pendanaan dari asing, tapi ketika Covid berakhir pendanaan pun menurun akhirnya penyandang disabilitas tidak bisa mendapatkan alat bantu yang merupakan hak bagi mereka”, sebutnya.

Untuk itulah melalui pembentukan task force agar dapat memperjuangkan hal tersebut karena alat bantu adaptif harus menjadi hak dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Apakah pemerintah selama ini tidak hadir? Ia mengatakan hadir (peduli), tapi alat bantunya belum adaptif. Itulah yang diadvokasi. Adaptif seperti apa? Hal itu diperlihatkan melalui hasil karya foto dari artis-artis penyandang disabilitas pada pameran ini. (LP)

Related Posts