October 25, 2024
PARIWISATA & SENI BUDAYA

​Teater Monolog Drupadi Siap Tampil di Jakarta

LITERASIPOST.COM, JAKARTA | Teater Monolog Drupadi yang akan dipentaskan pada Sabtu (3/6/2023) di Gedung Kesenian Jakarta menyuguhkan perpaduan antara sastra dan drama visual. Teks sastra klasik seperti Ramayana, Mahabharata, dan Sudamala diterjemahkan ke dalam gambar-gambar dramatik yang memberi efek artistik. Presentasi itu diharapkan memberi kedekatan dengan ruang gerak dan aktivitas masyarakat modern.

​Direktur Artistik dan Visual Teater Monolog Drupadi, Dibal Ranuh, Senin (29/5/2023), mengatakan pihaknya berupaya menerjemahkan teks sastra yang naratif dengan teknologi visual melalui perantaraan cahaya. Teks-teks klasik seperti Mahabharata, kata Dibal, sebenarnya sudah sangat kaya dengan visualisasi. Menurutnya, seni seperti wayang, tari, dan relief-relief yang dipahatkan dalam candi, telah lama menjadi kekayaan visualisasi terhadap teks sastra. Namun, tambah Dibal, umumnya penerjemahan itu memiliki karakter naratif, dimana teks sastra hanya diceritakan ulang dalam bahasa gambar.

BACA JUGA :  Dukung Pengembangan Industri Kreatif Desa Wisata, FTP UNUD Jajaki Kerja Sama dengan Dispar Badung

“Berbeda dengan naskah Drupadi yang ditulis Bli Can. Saya berusaha menciptakan gambar-gambar yang memberi efek dramatik,” kata Dibal disela-sela latihan terakhir Drupadi di Denpasar.

Rombongan seniman Bali akan bertolak ke Jakarta pada Rabu (31/5/2023) dipimpin oleh Pimpinan Produksi Drupadi, Wendra Wijaya. Mereka akan melanjutkan latihan dan gladi bersih langsung di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Menurut Dibal, naskah karya Putu Fajar Arcana yang akrab disapa Bli Can ini, membuka ruang interpretasi yang lebar. Adegan-adegan dalam lakon berdurasi 1,5 jam ini, sangat puitis dan estetis. Meski tampak menggunakan bahasa yang sederhana, di dalamnya tersimpan kedalaman visual yang menantang untuk dijajal. Dengan sangat lincah dan kreatif, naskah yang ditulis di masa pandemi ini, melompat-lompat dari teks Mahabharata, kemudian Ramayana, dan bahkan seperti berlari ke teks Sudamala.

“Enak aja teksnya melompat-lompat seperti kijang, dan itu seperti puisi visual yang membayang di mata saya,” kata Dibal, pendiri lembaga seni Kitapoleng Bali ini.

BACA JUGA :  Rakor KUI UNUD dan F-Par Bahas Kerja Sama dengan Nanchang University dan Tongmyong University


​Selain menerjemahkan naskah ke dalam gambar visual, Dibal juga berupaya merespons empat koreografi yang diciptakan khusus untuk Drupadi oleh koreografer asal Jepang Jasmine Okubo. Kekayaan gerak tari yang diciptakan oleh Jasmine sepintas terlihat sangat kontemporer, tetapi sesungguhnya ia seperti mozaik yang disusun dari keragaman gerak yang terdapat di Nusantara. Itulah yang menantangnya untuk menciptakan efek-efek cahaya dan setting gambar yang senada.

“Kadang terlihat seperti natural dan mooi indie, terkadang juga sangat futuristik,” ujar Dibal. Ia berharap akan menyuguhkan puisi visual yang indah, sehingga menjadi inspirasi bagi penonton di Ibu Kota.

Menurut Pimpinan Produksi Drupadi, Wendra Wijaya, seluruh seniman yang terlibat dalam pentas Drupadi adalah seniman-seniman Bali dengan bakat istimewa. Mereka tidak saja memiliki pendidikan seni secara akademis, tetapi diperkaya dengan olah seni yang mereka peroleh dari para maestro di masyarakat kesenian Bali. Lewat proyek seni Drupadi, kata Wendra, ia ingin menunjukkan bahwa Bali tak hanya berupa untaian tradisi yang eksotik, tetapi seni-seni baru juga hidup di dalamnya.

BACA JUGA :  Kapolda Bali Hadiri dan Ikuti Maybank Marathon 2022

​“Bali tak berhenti dengan tradisi, tetapi kami terus bertumbuh dan sejak lama siap menjadi pewaris seni dan kebudayaan dunia,” kata Wendra, yang juga penyair ini.

​Co-Produser Drupadi, Inaya Wahid mengatakan banyak cara untuk menyuguhkan kembali teks-teks tua menjadi materi yang bermanfaat untuk kehidupan masyarakat modern. Drupadi sebenarnya bisa diperlakukan sebagai sebuah gagasan dan isu tentang perempuan yang “teraniaya”.

“Hidupnya tak lekang oleh penderitaan. Itu kan cerminan, bagaimana masyarakat kita sejak dulu sampai hari ini dalam memperlakukan perempuan kan?,” ujar putri bungsu Presiden Abdurrahman Wahid ini retoris.

BACA JUGA :  Sambut Nyepi, Bali Safari Park Adakan Parade Ogoh-ogoh

Oleh karena itu, ia berharap pertunjukan Drupadi yang digagas Arcana Foundation dan Kitapoleng Bali ini, akan menjadi refleksi bagi masyarakat modern dalam melihat kondisi kita hari ini. Semoga saja, tambahnya, lewat kesenian bisa tertanam nilai-nilai yang lebih menghargai kemanusiaan dalam bingkai keadilan dan keberadaban. (igp/r)

Related Posts