November 8, 2025
GAYA HIDUP & TEKNOLOGI

Ubud Food Festival 2022, Bukan Sekadar Pesta Makan-makan

LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Sempat tidak diselenggarakan selama dua tahun karena pandemi, kini Ubud Food Festival (UFF) kembali meramaikan Ubud pada 24-26 Juni 2022. Festival kuliner yang melibatkan chef, budayawan, pencinta lingkungan, pemilik bisnis dan pakar kuliner ini menjadi tanda kembalinya geliat kreativitas dan pariwisata Bali kembali pulih. Kegiatan yang mencakup acara demo memasak dari para chef dan selebriti, bincang-bincang mengenai dunia kuliner, lokakarya, tur kuliner, live musik dan seni, hingga jamuan makan mewah yang spesial. 

“Mengembalikan apa yang telah hilang karena Covid sungguh tidak mungkin, namun kami mencoba tetap membuat sesuatu yang kami gemari dan tidak bisa lepas dari pokok kehidupan, yaitu makanan. Untuk itu festival ini penting untuk dihidupkan kembali. Menjadi percikan api bagi pariwisata dan masyarakat Bali,” ujar Janet DeNeefe, pendiri dan direktur UFF. 

BACA JUGA :  Prodi Sarjana Fisioterapi FK UNUD Adakan Orientation Day Sport and Physiotherapy Winter Semester 2022

Tahun ini UFF mengangkat tema HEROES, para pahlawan yang berjasa di dunia kuliner hingga yang terdekat, pahlawan dapur, ibu dan nenek. Merenungkan kembali apa yang kita makan dan apa yang telah mereka buat untuk diwariskan kembali ke anak-cucunya. “Kita akan selalu ingat apa yang kita rasakan saat makan, rindu akan rasa dan lezatnya makanan buatan orang terbaik, chef terbaik, tetapi kita kadang lupa usaha-usaha mereka. Mempertahankan sebuah rasa agar selalu sama.” Janet juga menyebutkan bahwa tahun ini festival memberikan penghargaan kepada William Wongso yang berjasa terhadap kuliner nusantara. 

Mengajak puluhan bisnis kuliner dari berbagai ide dan rasa yang tersebar di Taman Kuliner, UFF menjadi sorotan penting akhir bulan Juni ini. Makanan, minuman hingga bahan makanan pilihan yang khusus dikurasi oleh tim festival dapat dijumpai selama tiga hari sepanjang festival. “Dengan membeli tiket terusan untuk 1 hari atau 3 hari, pengunjung dapat menikmati kekenyangan yang luar biasa, menikmati acara masak-memasak di Teater Kuliner, berdiskusi dan mendengar para pakar kuliner di Food for Thought, program anak-anak, hingga memanjakan diri dengan Live Music & Arts yang berisi deretan musisi Bali ternama, Navicula, KIS Band, Soulfood, sanggar Kerta Art dan masih banyak lagi.” Tambah Ermayanthi, Festival Manager UFF. 

Suasana Ubud Food Festival tahun sebelumnya. (Foto: ist)

Jamuan makan malam dan sesi Masterclass juga menjadi sorotan menarik. Festival bekerja sama dengan restoran dan hotel sekitar Ubud untuk memberikan sentuhan tidak biasa bagi makanan yang disajikan dalam level yang berbeda. Dengan riset dan pengalaman, para chef yang didatangkan juga tidak biasa, seperti Nyesha Arrington dari Los Angeles yang menggabungkan sentuhan klasik perancis dengan latar belakang kehidupan Korea-Amerika-Afrikanya. Chef Petty Elliott akan menyajikan makanan khas yang menampilkan bahan-bahan unik, resep yang terlupakan, dan rempah-rempah khas Indonesia dalam perayaan hidangan tradisional Indonesia yang dikumpulkan dari relief Borobudur.

“Menggali desa, dekat dengan apa yang kita lihat, kami fokus di desa Payangan untuk memilih  bahan makanan, mulai dipinggiran sungai hingga sawah, kami mendapatkan buah, bunga dan buah-buahan yang restoran lain belum tentu menggunakannya” sahut salah satu chef muda Bali yang paling menjajikan, Putu Dodik Sumarjana saat jumpa pers UFF di The Ambengan Tenten, Denpasar. Putu mulai memasak pada usia yang sangat muda dan fokus dengan bahan-bahan lokal yang secara teratur menciptakan hidangan baru yang diadaptasi oleh tim di dapurnya di Nusantara by Locavore. Ia akan membawa sebuah penghormatan kepada pohon pisang di UFF kali ini, menggunakan semua tubuh dari pohon pisang untuk menyajikan sajian istimewa. 

BACA JUGA :  Toya Salt Buka di Ubud, Sajikan Aneka Inovasi Garam Berempah

Festival juga menghadirkan aristek Gede Kresna dari Rumah Intaran yang berkomitmen menghidupkan dan menceritakan kembali tradisi lokal tentang kehidupan yang berkelanjutan, terutama di Bali utara bersama istrinya Ayu Gayatri Kresna, chef dari Pengalaman Rasa. Mereka akan menjadi bagian dari 100 lebih program yang dikurasi oleh festival. Bukan hanya chef namun seorang pecinta lingkungan Bali, Ni Ketut Yudani turut diundang di festival. Ia telah membagi pengetahuannya tentang eko-enzim sejak tahun 2020, mengedukasi komunitas dan masyarakat di Bali tentang bagaimana mengubah limbah makanan organik dengan eko-enzim. “Hal ini sesungguhnya sangat berperan di dunia kuliner, karena kita membuat eko-enzim itu dari alam kembali ke alam, bahan makanan sebelum kita olah dapat kita sehatkan dengan menggunakan cairan eko-enzim.” ujarnya. 

Festival tahun ini memberikan warna yang beragam dengan mengajak pembisnis yang sudah terkenal di bidang kuliner babi guling Bali, yaitu pemilik warung pande Egi, Dodo Pande. Ia menyebutkan bahwa masa-masa di awal covid adalah masa yang paling sulit bagi dirinya untuk bertahan menjalankan bisnis ini. Dengan adanya festival ini menjadi salah satu wadah berbagi bagi dirinya dan kawan-kawan  pembisnis kuliner di Bali untuk saling dukung ke depannya. “Hal seperti ini patut untuk diutamakan sekarang, diskusi dan berbagai ilmu tentang apa yang kita tekuni untuk berbisnis, membantu sesama pembisnis di Bali. Dan terbuka untuk apa yang terbaik bagi kita semua”, ujar Dodo Pande. Membawa makanan bali ke level lebih tinggi dan tetap terjangkau bagi masayarakat, Dodo Pande membuatnya menjadi hal yang luar biasa menguntungkan. 

BACA JUGA :  Momentum Galungan & Kuningan, Bali Safari Beri Diskon Khusus

UFF menjadi wadah bagi para pelaku dan sekaligus menjadi ajang untuk promosi. Festival memberikan banyak penawaran untuk dapat dinikmati di akhir pekan. Tiga hari festival yang patut dikunjungi. Selain mengenyangkan perut, UFF akan menyegarkan pikiran dan menghilangkan dahaga atas pertanyaan-pertanyaan tentang kuliner Indonesia dan mancanegara. (igp/r)

Related Posts