October 25, 2024
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Wayan Sadu Pamerkan Belasan Karya “The Journey” di Santrian Gallery Sanur

LITERASIPOST.COM – Denpasar | I Wayan Sadu menggelar pameran tunggal yang kedua dengan tema “Perjalanan” (The Journey) di Santrian Gallery Sanur, Denpasar. Pameran dibuka oleh Prof I Wayan Dibia, tokoh besar seni pertunjukan Bali yang juga memberikan perhatian besar terhadap seni rupa, Jumat (22/3/2024).

Kali ini, Sadu menampilkan 18 karya seni lukis dengan berbagai ukuran, yang dibuat dari tahun 2018 sampai 2024 dengan media cat minyak dan cat akrilik. Sebelumnya, tahun 2007 ia telah berpameran tunggal di Santrian Gallery Sanur dengan memamerkan karya-karyanya yang sangat istimewa.

Karya lukis I Wayan Sadu dengan tema “Perjalanan” (The Journey) dipamerkan di Santrian Gallery Sanur. (Foto: Literasipost)

“The Journey ini, terinspirasi dari kehidupan saya sehari-hari, termasuk masa lalu saya tentang keluarga, termasuk juga hewan piaraan seperti bebek, ayam dan sapi. Karya ini saya buat dari rentang tahun 2018 sampai sekarang. Juga ada tema tentang kematian,” tutur Sadu.

Tumbuh dalam lingkungan pedesaan dengan kehidupan agraris, serta bersentuhan langsung dengan gelombang seni lukis young artist, membawa Sadu pada pilihan berkesenian yang khas. Pada rentang tahun 1988-1994 masa SMP hingga menjelang memasuki SMSR ia juga melukis flora dan fauna di Banjar Kutuh Kelod Petulu, pada pamannya. Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana nan disiplin, relatif tidak banyak bicara dan selalu tersenyum, namun begitu khusyuk dalam mengeksplorasi karakteristik lukisannya.

BACA JUGA :  Bandara Ngurah Rai Terhubung dengan Bandara Kualanamu lewat Batik Air

Mengenyam pendidikan formal mulai dari SMSR (sekarang SMKN 1 Sukawati) mengenalkannya pada kaidah-kaidah formal seni rupa, kemudian berlanjut ke STSI (sekarang ISI Denpasar). Pengalaman mengenyam pendidikan formal seni rupa menjadi dasar dalam mengembangkan karakter ekspresi personalnya, sejak awal ia memiliki ketertarikan dengan langgam seni lukis abstraksi berkarakter kubistik.

“Sejak awal karya-karya Sadu telah menunjukkan kecenderungan kuat dalam mengolah komposisi. Perkembangan karya-karyanya selanjutnya semakin menunjukkan keberaniannya dalam bermain komposisi yang asimetris serta pilihan warna yang monokromatik. Sadu begitu piawai memainkan kontras antara komposisi goresan-goresan warna yang berada dalam bentuk atau figur dengan warna latar belakang putih merata (flat), tanpa mempertegas bentuk dengan kontur garis (outline). Hal itu menandakan pendekatan artistiknya memang berada dalam radius tradisi seni lukis (painting). Pengalamannya melawat ke Eropa dan Jepang kemungkinan besar memberikan inspirasi visual yang memberikan pengayaan penguatan pada capaian estetik dalam karya-karyanya,” beber Wayan Seriyoga Parta selaku Kurator.

Kurator seni lukis Wayan Seriyoga Parta (kiri) bersama seniman I Wayan Sadu saat diwawancarai wartawan. (Foto: Literasipost)

Lahir di Desa Sayan sebelah barat Ubud bertetangga dengan Penestanan, ia menyaksikan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan dari kehidupan masyarakat yang homogen agraris, perlahan menjadi semakin heterogen. Awalnya mereka hanya berinteraksi antar masyarakat di desa dan desa tetangga, tetapi kemudian mulai berinteraksi dengan orang luar negeri. Ia menyaksikan desanya yang dulunya sangat bersahaja dengan kehidupan agraris, kemudian menjelma menjadi desa global dalam balutan pariwisata budaya.

“Bagi Sadu, karya-karyanya adalah wahana bagi penjelajahan pikiran dan perasaannya, diekspresikan dengan komposisi warna-warna yang kontras seperti hijau bertemu jingga dan ditimpa dengan hitam. Emosi tercurah dalam goresan rol-rol warna cat minyak yang menyisakan jejak riak-riak tekstur, serasa terdengar gemericik suara rol ketika digerakkan dengan spontan dan kuat. Ketika menggoreskan beberapa warna di dalam imajinasinya telah muncul diorama bentuk, tetapi tidak buru-buru langsung diwujudkan dengan goresan bentuk. Ia membiarkan imajinya kembali bergelayut dalam gerakan-gerakan kinestetik, menimpa lapisan demi lapisan warna cat minyak mulai bercampur membentuk komposisi dari yang berwarna gelap atau lebih muda. Hingga tiba di titik dimana lapisan-lapisan warna telah dirasa cukup kuat mewakili keseluruhan komposisi, baru kemudian ia akan menegaskan sosok bentuk-bentuk yang telah terbayang sesuai tema yang ingin dihadirkan,” terangnya.

BACA JUGA :  Benchmarking, ULT UNUD Kunjungi ULT UNSOED

Karya-karya periode ini ditandai dengan pola-pola komposisi warna-warna kontras seperti warna hijau dengan merah, jingga, kuning dan putih. Kontras yang hadir masih memperlihatkan komposisi yang selaras dalam intensitas hue, kontras yang masih dapat dirasakan harmoni. Aspek yang cukup dominan pada setiap karya adalah kehadiran warna hitam, hadir sebagai blok-blok warna menjadi noktah yang memainkan peran komposisi, atau sebagai kontur garis-garis dinamis yang penuh spontanitas.

Posisi garis menjadi vital dalam menghadirkan objek dan figur, terlihat intensitas yang berbeda dibandingkan dengan karya-karyanya sebelumnya yang tidak mengandalkan kontur garis hitam. Sadu menempatkan overlapping (tumpang tindih) antara komposisi warna dan tekstur dengan karakteristik bentuk keduanya sama-sama memainkan peran sentral sebagai medium untuk mengungkapkan narasi.

Dalam karya-karyanya selalu tersisip konten muatan tematik, Sadu tidak membiarkan eksplorasinya hanya berhenti pada capaian artistik. “Sampai saat ini karya-karya saya tidak pernah menjadi total abstrak dan formalistis,” tutup Sadu. (igp)

Related Posts