November 25, 2024
PENDIDIKAN

Eksis 70 Tahun, Yayasan Dwijendra Gelar Perayaan Ulang Tahun sebagai Wujud Syukur

LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Yayasan Dwijendra merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-70 bertempat di aula yayasan setempat, Sabtu (28/1/2023). Perayaan HUT berlangsung secara sederhana dan terbatas, hanya melibatkan internal di antaranya pembina yayasan, pengawas yayasan beserta jajaran, rektor dan dekan, para kepala sekolah dari tingkat TK hingga SMA dan SMK, guru, pegawai serta perwakilan siswa.

Perayaan HUT ke-70 Yayasan Dwijendra ditandai dengan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur dan penipuan lilin kue ulang tahun oleh yayasan serta masing-masing kepala sekolah dan rektor. Ketua Yayasan Dwijendra, Dr. Ketut Wirawan, SH, M.Hum menyampaikan rasa syukur karena Yayasan Dwijendra yang menaungi sekolah dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK hingga Universitas masih tetap eksis hingga 70 tahun ini.

Ketua Yayasan Dwijendra, Dr. Ketut Wirawan, SH, M.Hum saat memberikan keterangan kepada media. (Foto: igp/Literasipost)

“Kami bersyukur bisa eksis di dunia pendidikan sampai 70 tahun ini, kami turut mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan identitas kita yaitu budaya dan Agama Hindu untuk menciptakan insan-insan yang modern,  berprestasi dan berkarakter, ini yang kita pertahankan sehingga bisa eksis, jumlah siswa dan mahasiswa yang kita terima juga selalu banyak,” kata Wirawan.

BACA JUGA :  KPU Bali Lepas Mahasiswa Magang FISIP UNUD

Pada kesempatan itu Wirawan juga menyampaikan sekilas tentang cikal bakal berdirinya Yayasan Dwijendra sebagai lembaga nirlaba, dimana nama tersebut diabadikan dari kisah Dang Hyang Dwijendra. Berdirinya Yayasan Dwijendra ini dimulai dari diskusi-diskusi dan pertemuan- pertemuan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan dalam mengisi kemerdekaan ini. Mereka ini adalah merupakan kumpulan orang-orang peminat agama Hindu Bali yang memiliki keyakinan, bahwa lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, maka setiap umat manusia memiliki kemerdekaan yang sepenuhnya untuk menentukan nasibnya sendiri. Begitu pula tiap-tiap agama atau aliran keagamaan mempunyai kebebasan untuk mempertahankan diri atau memberikan penjelasan-penjelasan baik kepada pemeluk-pemeluknya maupun pemeluk-pemeluk agama lain. Mereka membuat kesepakatan untuk mendirikan badan yang akan menyelenggarakan soal-soal yang berkenan dengan agama, kebudayaan serta kesusastraan, yang diberi nama Yayasan Dwijendra pada 28 Januari 1953.

Dalam akta pendirian disebutkan bahwa yayasan ini didirikan dengan maksud hendak “menginsyafkan dan memberi penerangan-penerangan berkenaan dengan soal-soal agama, terutama Agama Hindu Bali kepada pemeluk- pemeluknya, dan kebudayaan beserta kesusastraannya”.

Kreativitas siswa turut memeriahkan perayaan HUT ke-70 Yayasan Dwijendra. (Foto: igp/Literasipost)

“Dalam perkembangan ke depan tentu kami harus menjaga perjuangan tersebut, menjaga eksistensi Yayasan ini dengan sekolah-sekolah dan kampus yang kami naungi. Bagaimana kemajuan Yayasan, bagaimana kesejahteraan para pegawai, guru dan dosen, ini yang kami utamakan agar mereka sejahtera sehingga bisa memberikan pengabdian yang baik bagi Yayasan,” tutup Wirawan. (igp)

Related Posts