November 19, 2025
PENDIDIKAN

Bincang Buku Kumpulan Cerpen “Awas Kucing Hilang (Lalat Cintaku)”

LITERASIPOST.COM – Denpasar | Sastra Bentara hadir di Toko Buku Gramedia Teuku Umar, Denpasar, Minggu (16/11). Kegiatan yang diisi Bincang Buku Kumpulan Cerpen berjudul “Awas Kucing Hilang (Lalat Cintaku)” karya Rayni N. Massardi dihadiri oleh para sastrawan, mahasiswa dan media.

Dalam Bincang Buku ini juga hadir Christyan AS (ilustrator) dan Made Edy Arudi (penyair, guru) selaku pembahas. Sebanyak 13 cerita pendek ‘lawas’ dioprek dan diedit ulang oleh Rayni N. Massardi agar lebih segar serta ditambah dengan satu cerpen baru Orangutan Bima. 

Buku Kumpulan Cerpen berjudul “Awas Kucing Hilang (Lalat Cintaku)” karya Rayni N. Massardi. (Foto: Literasipost)

“Ya, ini cerita pendek lawas (2010) kemudian saya update, sebenarnya tidak terlalu kekinian cuma rentang 10 tahun seperti ada rasa yang beda, alurnya, kalimatnya, karena memang tokohnya bukan manusia melainkan hewan semua, hewan yang berkarakter seperti manusia”, ujar Rayni N. Massardi.

Rayni N. Massardi menjelaskan kisah dengan tokoh utama hewan (plus monster), ini bukan dongeng sebelum tidur, tetapi merupakan metafora, satire, fabel. Suka duka hewan adalah cermin diri manusia. Perjalanan hidup berliku dari makhluk ciptaan Tuhan. Kita akan bertemu, mengenal lebih dalam, ikut bersedih, ‘baper’ dalam kumpulan cerpen ini. Ada Anjing, Kelinci, Semut, Kucing, Kecoak, Ulat, Tikus, Kura-kura, Cicak, Ayam, Kutu, Lalat, Monster, dan Orangutan. 

“Premise utama kumpulan cerpen ini adalah: ‘Eloh kalau mau hidup, ya berjuang!’”, ungkapnya.

Christyan AS sebagai ilustrator dalam buku ini menceritakan bahwa dirinya mengikuti semangat dari proses penulisan Rayni N. Massardi. Ketika Rayni N. Massardi menyegarkan kembali karya-karya lamanya, ia pun menyegarkan kembali karyanya yang lama. 

BACA JUGA :  Yudisium ke-148 FT UNUD

“Jadi ada ilustrasi lama, saya segarkan kembali, baik melalui digital maupun AI”, jelas Christyan AS.

Lalu, Made Edy Arudi sebagai pembahas, menyampaikan setelah membaca, baginya buku ini mengandung kontroversial karena dalam cerpen ini dihadapkan pada tiga sisi, yaitu novel, cerpen dan fabel. Gaya penulisan novel, ada sub bab tertentu yang akan menjelaskan isi dari bab yang singkat, tapi tetap cerpen.

Ketika anaknya yang berusia 8 tahun membuka buku ini, sempat kaget karena melihat ada tulisan kucing dan kelinci yang mengarah ke fabel. Cerpen tetaplah cerpen, fabel tetaplah fabel dengan gaya penceritaannya. Sedangkan kumpulan cerpen lawas “Awas Kucing Hilang (Lalat Cintaku)” tetap adalah sebuah cerpen dengan gaya khasnya sendiri. Menurutnya, itulah keunggulan dari Rayni N. Massardi ketika menulis buku ini.

“Saran saya, karena buku ini isinya sederhana tapi kode-kode yang ada di dalamnya bisa membangkitkan energi bagi pembaca, maka anak yang usia SMP/SMA layak membaca buku ini, mudah dipahami, dari segi bahasa tidak banyak metafor tersembunyi”, ujar Made Edy.

Made Edy juga secara khusus mengkaji buku ini dari sisi ekofeminisme. Eko (ekologi) itu berhubungan dengan hewan, lingkungan, sedangkan feminisme berhubungan dengan perempuan. Dalam sastra, ekofeminisme membaca teks dengan cara:

(1) Mengungkap hubungan antara perempuan, alam, dan makhluk hidup.

(2) Menganalisis representasi ketertindasan ekologis dan gender.

(3) Menemukan nilai empati, kasih, dan keberlanjutan hidup sebagai bentuk resistensi terhadap sistem patriarki.

BACA JUGA :  FEB UNUD Terima Kunjungan SMU Negeri 7 Kediri

“Dengan kerangka ini, karya Rayni N. Massardi dapat dipahami sebagai narasi ekofeminis, dimana tokoh-tokoh binatang menjadi simbol dari yang lemah, tersisih, dan tidak bersuara—persis seperti nasib perempuan dalam struktur sosial patriarkal”, jabarnya.

Kata Bentara Budaya Bali : 

“Melalui kisah-kisahnya, Rayni mengajak kita menyelami dunia keseharian, relasi dan kenangan dengan lensa yang jenaka sekaligus getir. Cerita-cerita ringan ini menghadirkan keintiman yang dekat sekaligus memberi kita ruang untuk menertawakan banyak ‘hal kecil’ yang ternyata tidak sesederhana seperti kelihatannya. 

Kata Noorca M. Massardi (Pengarang) :

Rayni N. Massardi melalui kumpulan cerpen ini menggambarkan keprihatinan, kegelisahan dan kemarahannya melihat perilaku manusia modern. Rayni menggambarkan situasi dan problem keluarga dan lingkungan hidup dari tokoh-tokohnya dengan sangat ironis, lucu, absurd, menyedihkan, mengharukan, sekaligus mampu menyampaikan pesan moral tentang kebaikan, penghormatan terhadap orang tua, dan empati kepada sesama manusia. Sebuah fabel satiris dengan banyak adegan dan peristiwa tak terduga, dengan ilustrasi drawing Christyan AS yang mendukung cerita. 

Kata Samuel Wattimena (Sahabat- anggota DPR RI Komisi VII) :

Kisah yang unik. 13 tokoh hewan mewakili kita manusia, dengan cara berpikir, bersikap dan bertingkah laku layaknya manusia. Bentuk fabel atau dongeng tentang hewan yang dipilih Rayni, mengungkapkan cerita sederhana namun sarat kritik sosial. 

TENTANG RAYNI N. MASSARDI 

Rayni N. Massardi lahir di Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1957. Lulusan Universitas Paris III, Sorbonne Nouvelle, Departement d’Etude et de Recherches Cinematographiques, Paris, Perancis (1981), ini adalah istri dari pengarang Noorca M. Massardi. Karya-karya cerpennya pernah dimuat di pelbagai koran dan majalah. 

Antara lain terpilih dalam antologi Laki-Laki yang Kawin dengan Peri: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1995, dan Riwayat Negeri yang Haru: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006. Antologi Puisi 12 Tahun Sastra Bulan Purnama, Silaturahmi Sehati – 2023, Antologi Cerpen 25 Penulis Perempuan Namaku Luka – 2024. Antologi Puisi Seri Zodiak Kaum Gemini – 2024. 

Kumpulan cerpen tunggal karya ibu dari dua anak (Cassandra Massardi & Nakita Massardi), dan nenek dari tiga cucu (Bondi, Dylan, dan Arken), ini adalah: Istri Model Baru, (1990), Pembunuh (2005), I Don’t Care (2008), Awas Kucing Hilang (2010), Terima Kasih, Anakku (2012), dan Awas Kucing Hilang – Lalat Cintaku (2025).

Cerpennya Jatuh Cinta masuk dalam Antologi Cerpen tentang Denpasar: Denpasar Kota Persimpangan Sanur Tetap Ramai (2015). Kumpulan cerpen grafisnya yang pertama adalah Daun Itu Mati (drawing oleh Christyan AS) – 2017. 

Sementara itu, 24 gambar Rayni juga dipilih dan dimuat dalam buku karya Sujiwo Tejo & DR Muhammad Nursamad Kamba Tuhan Maha Asyik 2 (2020), dan 19 digital drawing-nya dipilih untuk mengisi ilustrasi buku Ibunda Tercinta Kado Puisi untuk Ni Putu Suastini (2021). 

Rayni juga menulis karya nonfiksi, antara lain: Tim Penulis Inspirasi Mode Indonesia (2003), 1655: Tak Ada “Rahasia” dalam Hidup Saya! (2005), Hidup Enggak Enak Itu Enak! (2007), dan Ngoprek Santai Syair Lagu: Dari Taman Langit sampai TakAda yang Abadi (2010). 

Novelnya yang sudah terbit adalah Langit Terbuka (2015), dan Rainbow Cake (ditulis bersama Christyan AS – 2019). Wajahmu Cerminmu adalah kumpulan sketsa dan aksaranya yang pertama (2022). Novel Darah Kolaborasi Aksara Rayni N. Massardi dan Sketsa Christyan AS. Novel grafis Tidak Jatuh Cinta (ditulis bersama Erby S – 2024). Dan novel Sinar (ide cerita Christyan AS) – 2024. (L’Post)

Related Posts