Ambil Peran Sentral, UNUD Kaji Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali Lewat Seminar
LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih belum terkendali di Bali. Tingkat kejadian tercatat antara 200-500 kasus setiap tahun. Data yang tak tercatat atau tidak dilaporkan dapat lebih banyak lagi. Prosentase yang meninggal sebanyak 5% hingga 30%, atau antara 10-150 orang setiap tahun.
Kini, ada inovasi telur nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian serta pengeluaran biaya perawatan dan kehilangan tenaga kerja selama sakit. Inovasi baru ini telah terbukti efektif dan aman. Telur nyamuknya ‘ngangge udeng’, karena telurnya dari nyamuk yang ditangkap dan ditelurkan di Bali. Wolbachia juga bukan hasil rekayasa genetika.
Namun demikian, inovasi tersebut tidak serta merta bisa diterima oleh masyarakat luas. Pro dan kontra pun terjadi hingga akhirnya inovasi tersebut belum bisa diterapkan alias ditunda. Untuk memberikan kajian akademik demi ketenangan masyarakat, Rektor Universitas Udayana (UNUD) berinisiatif membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Ahli Kajian Inovasi Nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia. Kelompok kerja itu mempunyai keahlian beragam dari mikrobiologi, virologi, entomologi, kesehatan masyarakat, dan biologi.
“Ya, atas arahan bapak Rektor, kita bentuk Pokja. Unud harus berperan penting dalam kajian teknologi ini,” ujar Wakil Rektor UNUD Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P., IPU saat membuka Seminar Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali: Tantangan dan Peluang, yang berlangsung di aula FISIP UNUD, Kamis (30/11/2023). Seminar dihadiri oleh dosen dan mahasiswa UNUD, Dinas Kesehatan se-Bali, universitas negeri dan swasta di Bali, serta pihak terkait lainnya.
“Universitas Udayana merasa terpanggil untuk mengambil peran dalam pengendalian demam berdarah yang membutuhkan biaya sangat tinggi, makanya kita akan diskusikan di sini,” imbuhnya.
Wolbachia digunakan dalam kontrol vektor, terutama nyamuk yang menyebarkan penyakit seperti DBD dengan cara: (1) Cytoplasmic Incompatibility (CI) sehingga embrio nyamuk mati; (2) Feminisasi dan Parthenogenesis yang dapat meningkatkan jumlah betina dalam populasi, meningkatkan potensi penularan Wolbachia; (3) Konkurensi Galur yang lebih unggul dalam memanipulasi reproduksi inang atau memiliki dampak positif pada kelangsungan hidup inang dapat mendominasi dalam suatu populasi; dan Mekanisme Penekanan Patogen yaitu menghambat replikasi virus. Agar tidak meresahkan, informasi tentang teknologi ini harus dijelaskan.
Wolbachia bakteri alami yang sudah ditemukan di Indonesia yang mungkin juga ada pada nyamuk di Bali. Bakteri ini hidup pada berbagai spesies nyamuk dan serangga yang bersifat “Obligate Endosymbionts”, hanya hidup dalam tubuh nyamuk, dan hanya bisa berpindah dari induk nyamuk ke keturunannya melalui telur. Perpindahan antar nyamuk tidak mungkin terjadi.
“Universitas Udayana sebagai salah satu universitas tertua dan terbesar di provinsi Bali perlu berperan dalam memberikan pandangan akademik terhadap inisiasi implementasi metode wolbachia sebagai upaya pengendalian DBD di Bali. Untuk itu, perlu dilakukan sebuah diskusi tentang situasi demam berdarah dengue di Bali, tinjauan kritis terhadap pelaksanaan metode Wolbachia dalam pengendalian dengue di Bali dan mempelajari pelaksanaan metode ini dalam konteks Jogja dan di 14 negara yang telah menerapkan metode ini. Diskusi ini diharapkan dapat memberikan pandangan akademis yang kritis terhadap pelaksanaan metode Wolbachia di Bali,” ungkap Ketua Task Force UNUD untuk Kajian Inovasi Nyamuk ber-Wolbachia sebagai upaya pengendalian DBD di Bali, Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, Dr.PH.
Dalam program penanggulangan DBD di Bali, teknologi Wolbachia untuk penanggulangan Dengue menggunakan nyamuk Aedes Aegypti yang telah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia, lalu telurnya diletakkan di rumah-rumah penduduk agar kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti di alam. Hasil Randomized Controlled Trial (RCT) di beberapa daerah di Yogyakarta sejak tahun 2011 dan pada tahun 2020 menunjukkan efektivitas implementasi metode Wolbachia hingga terjadi penurunan kasus DBD sampai 77% dan penurunan angka masuk rumah sakit sampai 86%.
“Sudah ada dokumen resmi yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melibatkan banyak ahli, dimana hasil kajian risikonya adalah selama 30 tahun dianggap Ligliable atau bisa diabaikan. Apa yang terjadi di beberapa negara memang ada variasi, ada yang berhasil bagus, ada yang kurang berhasil, ini tergantung dari banyak hal seperti kepadatan serangga, suhu, atau lingkungannya tidak sesuai, jadi memang ada beberapa negara yang seperti itu, untuk itulah akan kita kaji di forum ini, apalagi nyamuk ini belum dilepas di Bali, UNUD mengambil peran yang cukup sentral dalam hal ini,” jelas Prof. Dr. drh. Gusti Ngurah Kade Mahardika selaku salah satu pembicara.
Pembicara lainnya berasal dari Kementerian Kesehatan Indonesia di Jakarta (online), Prof. Cameron Simmons (online) dari World Mosquito Program, Pembicara dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta serta pembicara Universitas Udayana yaitu Dr Sang Gede Purnama SKM, MSc, dr. Putu Ayu Asri Damayanti, S.Ked., M.Kes., dan Prof. dr Pande Putu Januraga, M.Kes, Dr.PH. (igp)
Sumber: http://www.unud.ac.id