Bali “Kick-off” Sosialisasi BI Fast, Ini Keuntungan dan Manfaatnya
LITERASIPOST.COM, DENPASAR | BI Fast merupakan terobosan infrastruktur sistem pembayaran ritel yang CEMUMUAH (CEpat MUdah MUrah Aman dan Handal) dalam mengakomodir transfer dana secara real time 24/7 melalui berbagai kanal dan instrumen untuk mendukung pengembangan Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
Demikian disampaikan Asisten Gubernur/Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Fillianingsih Hendarta saat “Kick-off” Sosialisasi BI Fast wilayah Bali – Nusa Tenggara (Nusra) yang ditandai dengan pemukulan Kendang (instrumen Bali) bertempat di gedung Dharma Negara Alaya & Creative Hub, Denpasar, Selasa (9/8/2022).
Bali Nusra, khususnya Bali menjadi daerah pertama dilaksanakannya Sosialisasi BI Fast dengan mengangkat tema “Akselerasi Ekosistem Ekonomi Keuangan Digital Indonesia Melalui BI Fast”.
“Kenapa kami memilih Bali? Karena digitalisasi di Bali luar biasa, tentunya semoga bisa diikuti oleh NTB dan NTT. Kita melihat banyak penggunaan QRIS, dan sekarang kita kembangkan BI Fast, mudah-mudahan bisa mengikuti kesuksesan QRIS, atau bahkan lebih lagi. Kami juga menyampaikan apresiasi kepada semua insan sistem pembayaran di Indonesia yang saat ini mengikuti acara ini secara daring,” ujar Fillianingsih.
Dikatakan, strategi implementasi BI Fast dilakukan secara bertahap baik secara layanan maupun on boarding peserta. Perkembangan transaksi BI Fast selama periode Januari-Juli 2022 terus meningkat baik secara volume maupun nominal.
“Jumlah peserta BI Fast sampai saat ini sebanyak 51 bank dan 1 nonbank. Sampai 31 Juli total volume dan nominal transaksi credit transfer BI Fast masing-masing mencapai 180,9 juta transaksi dan 622,1 triliun Rupiah. Transfer digital via BI Fast ini kami perkirakan akan terus meningkat, antara lain dari tren pertumbuhan BI Fast yang terus meningkat serta seiring dengan perluasan kanal pembayaran masing-masing peserta dan on boarding batch-batch selanjutnya,” jelasnya.
Lalu, apa saja manfaat BI Fast? Fillianingsih menyampaikan BI Fast memberikan manfaat bagi industri perbankan dan industri lainnya termasuk UMKM, serta masyarakat luas melalui penyediaan berbagai fitur dan transaksi pembayaran real time yang terjangkau, yang pada akhirnya dapat memperluas ekosistem digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan.
“Bagi industri perbankan, manfaatnya adalah mendorong inovasi melalui optimalisasi pemanfaatan fitur BI Fast dalam layanan perbankan, sehingga berpotensi meningkatkan customer base dan customer engagement yang dapat meningkatkan pertumbuhan bisnis perbankan. Kemudian bagi industri lainnya termasuk UMKM dapat menjaga kesinambungan sektor riil melalui transaksi pembayaran real time dengan harga yang terjangkau sebagai muara akhir aktivitas ekonomi. Nah, kalau bagi masyarakat tentu akan memudahkan bertransaksi serta memperoleh efisiensi biaya yang akhirnya meningkatkan inklusi keuangan,” terangnya.
Ditambahkannya, skema harga dari peserta ke nasabah maksimal Rp2.500.
Sementara itu Kepala KPw Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho berharap dengan terselenggaranya Sosialisasi BI Fast ini dapat mendorong pemulihan perekonomian Bali.
“Perekonomian Bali pada triwulan II 2022 tercatat tumbuh 3,04 persen (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,45 persen. Kami optimis ke depan akan naik lagi. Untuk itu, salah satunya akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus kami dorong,” ungkap pria yang suka berpantun ini.
Dijabarkan, kanal pembayaran digital QRIS menjadi opsi pembayaran nontunai berbasis digital yang paling diminati di Bali. Hal ini tercermin dari banyaknya merchant QRIS di Bali yang mencapai 467 ribu merchant per Mei 2022 atau tumbuh 109% (yoy). Tercatat 398 ribu user atau meningkat sebanyak 193 ribu user dari akhir tahun 2021. Transaksi QRIS per Mei 2022 mencapai 1,5 juta transaksi dengan total nominal Rp166,6 miliar.
“Tentunya kita semua baik dari Bank Indonesia, pemerintah daerah, perbankan dan stakeholder Bali senantiasa mengupayakan yang terbaik demi semakin berkembangnya digitalisasi sistem pembayaran untuk mencapai ekonomi keuangan digital yang inklusif di Bali, Nusra dan nasional,” tutup Trisno.
Dilanjutkan dengan sesi talkshow yang menampilkan pembicara di antaranya Fitria Irmi Triswati (Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia), Butet Linda HP (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia), Dwi Sulasmanto (Direktur Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran), Hilarius Minggu (Direktur Teknologi Informasi dan Operasional BPD NTT), dan I Nyoman Sudharma (Direktur Utama BPD Bali). (igp)