BI Dorong Implementasi Ecotourism Menuju Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan
LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali berkolaborasi dengan Bank Indonesia Institute (BINS) menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Suryaloka (Survei Bicara dan Laporan Perekonomian Bali Terkini) dan Seminar Implementasi Ecotourism di Indonesia”. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati World Book and Copyright Day pada 11 Mei 2023 bertempat di Ruang Tirta Gangga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Denpasar.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, pemerintah daerah, perbankan, asosiasi, praktisi pariwisata, akademisi, perpustakaan, media massa, dan mahasiswa. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 250 peserta offline dan lebih dari 500 peserta online.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menyampaikan bahwa sektor pariwisata memegang peranan besar bagi perekonomian Bali. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi pasca pandemi menjadi momentum yang tepat bagi Provinsi Bali untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonominya. Kebijakan pemulihan sektor pariwisata di Bali melalui pelonggaran izin tinggal dapat berdampak terhadap jumlah wisatawan yang berlebihan. Fenomena tersebut diperparah dengan pelanggaran yang dilakukan wisatawan. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka eksistensi lingkungan dan budaya Bali dapat terancam. Oleh sebab itu, sektor pariwisata perlu dikelola dengan baik agar eksistensi lingkungan dan budaya Bali tetap lestari.
Trisno menambahkan, isu ecotourism sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan dan pelaku usaha pariwisata di Bali. Bank Indonesia bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terus berupaya mendorong berbagai kebijakan untuk mempercepat pemulihan ekonomi Bali dan program transformasi ekonomi Bali menuju Bali Era Baru yang tangguh, hijau dan sejahtera.
GA Diah Utari selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menambahkan ecotourism sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan dan pelaku usaha pariwisata di Bali. Ecotourism mendorong aktivitas wisata yang ramah lingkungan dan adanya tanggung jawab dari wisatawan untuk turut menjaga destinasi wisata agar lebih berkelanjutan.
Direktur BINS, Putri Nurul menjelaskan bahwa agenda Suryaloka dan Seminar Implementasi Ecotourism merupakan salah satu perwujudan nyata bagi Bank Indonesia untuk berkontribusi di dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Dalam kegiatan ini, Bank Indonesia menghadirkan praktisi yang berpengalaman di bidang ecotourism mengingat ilmu dan pengalaman dari praktisi tersebut sangat dibutuhkan bagi pemangku kebijakan. Seminar ini diharapkan dapat mendorong terbangunnya sinergi antara pemerintah, akademisi, praktisi, serta para pelaku usaha pariwisata dalam mewujudkan ecotourism yang efektif.
Tantowi Yahya selaku Duta Besar Keliling RI Wilayah Pasifik yang menjadi salah satu pembicara menyatakan Indonesia dapat mencontoh New Zealand sebagai negara yang sukses menerapkan ecotourism. Berdasarkan pengalaman bertugas di New Zealand, Tantowi melihat bahwa pemerintah New Zealand mampu berkomitmen untuk mengatasi permasalahan jumlah turis yang berlebihan dengan menerapkan kuota turis. New Zealand berorientasi kepada kualitas turis dengan memilih turis berpendapatan tinggi sehingga potensi belanja turis di New Zealand semakin tinggi. Kesuksesan New Zealand juga tidak terlepas dari peran masyarakat untuk berkomitmen melakukan aksi nyata seperti meningkatkan frekuensi penggunaan sepeda, mengurangi penggunaan pesawat, serta membeli hasil pangan lokal dan organik.
Pembicara lain, Suzy Hutomo selaku Founder Eco Tourism Bali menjelaskan bahwa negara berkembang seperti Costa Rica juga mampu menunjukkan kontribusi nyata di ecotourism sehingga dapat meraih penghargaan Earthshot Prize dari Kerajaan Inggris pada tahun 2021. Salah satu aksi nyata Costa Rica dalam implementasi ecotourism adalah melakukan konservasi hutan sejak tahun 1990 dengan melibatkan dan membayar warga lokal untuk terlibat secara langsung. Kebijakan tersebut mampu menghidupkan hutan hijau dan ekowisata senilai 4 miliar dolar Amerika bagi perekonomian Costa Rica.
Dari sisi akademik, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si selaku Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana menyampaikan sejak dahulu Bali telah memiliki konsep “Tri Hita Karana” dengan konsep hidup yang berorientasi kepada alam dan tradisi. Namun demikian, kondisi saat ini menunjukkan bahwa alih lahan hijau di Provinsi Bali menjadi bangunan semakin meluas. Oleh karena itu, konsep pariwisata regeneratif dinilai mampu menjadi solusi untuk mewujudkan ecotourism karena turis dituntut untuk menjadikan destinasi wisata menjadi lebih baik setelah turis meninggalkan destinasi wisata tersebut. Konsep tersebut merupakan pengembangan dari pariwisata berkelanjutan yang selama ini menekankan bahwa destinasi wisata harus lestari tanpa kerusakan. Oleh sebab itu, turis perlu dilibatkan untuk mewujudkan pariwisata Bali yang berkualitas.
Wakil Gubernur Bali, Prof. Tjok Oka Sukawati menyampaikan closing remaks dengan menekankan bahwa ecotourism selalu berkaitan dengan pariwisata berkelanjutan dan berkualitas. Meskipun banyak contoh negara yang sukses menerapkan ecotourism, namun konsep ecotourism di Provinsi Bali harus terus digali supaya sesuai dengan ciri khas Bali. Lebih lanjut, Tjok Ace menyampaikan bahwa kebijakan ecotourism di Bali harus memperhatikan kondisi geografis, infrastruktur, ketersediaan air, dan faktor adat dan budaya yang dimiliki di Provinsi Bali.
Seminar ecotourism diharapkan ditindaklanjuti dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan, pembangunan infrastruktur, dan kebijakan hijau yang akomodatif. Kebijakan dengan pendekatan ecotourism berpotensi mengakselerasi perekonomian Provinsi Bali. Kesuksesan implementasi ecotourism membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga, akademisi, praktisi, dan segenap masyarakat. (igp/r)