October 25, 2024
EKONOMI & PERBANKAN

Capacity Building Media BI Bali: Intip “Pabrik” Uang Peruri hingga Jelajah Museum BI

LITERASIPOST.COM, JAKARTA | KPw Bank Indonesia Provinsi Bali mengajak sekitar 30 awak media di Bali untuk mengikuti kegiatan Capacity Building Tahunan ke Jakarta pada 23-25 Juli 2023. Para awak media diberikan kesempatan untuk melihat secara langsung proses percetakan uang Rupiah di Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) dan menjelajah Museum Bank Indonesia.

Di Perum Peruri, rombongan diterima oleh Kepala Strategic Business Unit (SBU) Uang RI, Fadel. Dalam penjelasannya, bahwa Perum Peruri merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang percetakan uang dan dokumen keamanan lainnya seperti paspor, materai, pita cukai, dan sertifikat tanah. Perum Peruri didirikan pada tahun 1971 yang diberikan kewenangan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang Rupiah.

Penyerahan kenang-kenangan dari Deputi Direktur KPw BI Provinsi Bali, Andy Setyo Biwado (baju biru) kepada Kepala Strategic Business Unit (SBU) Uang RI, Fadel. (Foto: Literasipost)

Saat melihat langsung di divisi uang kertas, ternyata proses percetakan uang tak semudah dibayangkan. Alurnya cukup panjang dengan melibatkan puluhan mesin, tenaga manusia dan tingkat ketelitian yang tinggi. Berawal dari proses engraving yaitu pembuatan desain dan gambar baku. Proses ini dilakukan sesuai rekomendasi gambar yang diberikan BI. Selanjutnya offset printing atau proses mencetak, layaknya sablon di kedua belah sisi uang kertas dengan warna dasar uang tersebut. Dilanjutkan proses intaglio printing untuk penyempurnaan serta mencetak warna hologram pada uang. Berlanjut ke proses penyimpanan dan inspeksi guna mengetahui uang yang layak edar. Setelah itu numbering, atau pemberian nomor pada uang yang telah dicetak. Setelah proses tersebut, barulah uang-uang yang masih dalam bentuk lembaran kertas besar itu dipotong-potong menggunakan mesin serta disusun dan di-pack. Terakhir adalah manual finishing dan packaging.

“Kami ingin ada pemahaman bagi masyarakat termasuk awak media, bagaimana uang Rupiah itu dicetak. Karena, selama ini masih ada anggapan uang keliru kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya, padahal sudah jelas kalau mencetak uang yang banyak bisa menimbulkan inflasi yang tinggi. Peruri itu mencetak uang atas permintaan BI dan ada hitung-hitungannya, tidak sembarangan, semoga hal ini tersampaikan ke masyarakat,” ujar Deputi Direktur KPw BI Provinsi Bali, Andy Setyo Biwado. Pada kesempatan ini juga ada pemaparan tentang Cinta, Bangga dan Paham Rupiah oleh Manajer DPU (Departemen Pengelolaan Uang) BI, Reinaldy Akbar. Ariesha.

BACA JUGA :  Music Celebration 2024 Gebrak RTB pada 27-28 Januari

*Jelajah Museum Bank Indonesia*
Rombongan media BI Bali berkesempatan pula mengunjungi Museum Bank Indonesia. Museum ini berada di bekas gedung De Javasche Bank di Kota Tua Jakarta. Pemerintah menetapkan situs tersebut sebagai bangunan cagar budaya.

Museum BI pertama kali dibuka untuk umum pada 15 Desember 2006, kemudian diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 19 Juli 2009. Jelajah Museum bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan dan pemahaman bagi pengunjung mengenai sejarah, peran, fungsi dan kebijakan Bank Indonesia serta informasi mengenai koleksi numismatik dan arsitektur bangunan.

Penjelasan tentang koleksi Museum Bank Indonesia oleh edukator Febri. (Foto: Literasipost)

“Pengunjung bisa lebih mengenal sejarah Bank Indonesia dari masa ke masa sekaligus sejarah uang dari masa kerajaan hingga sekarang. Area museum ini terbagi menjadi tiga klaster, yaitu kelembagaan dan kebijakan, numismatik serta arsitektur gedung. Tata pamer di sini seperti metamorfosis logo Bank Indonesia, ruang emas moneter, ruang numismatik dan juga immersive cinema,” jelas Febri Rifanti selaku Edukator Museum BI. (igp)

Related Posts