November 25, 2024
EKONOMI & PERBANKAN

Inilah Pemicu Inflasi Bali pada Agustus 2021

LiterasiPost.com, Denpasar | Provinsi Bali pada Agustus 2021 mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,04% (mtm). Secara spasial, inflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,12% (mtm), sementara Kota Singaraja mengalami deflasi sebesar 0,06% (mtm).

Kepala KPw Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan peningkatan tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation, sedangkan kelompok administered price dan volatile food tercatat menurun. Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 1,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,93% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,59% (yoy).

BACA JUGA :  Gubernur dan Wagub Bali Apresiasi Kinerja Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho

Kelompok barang core inflation mencatat inflasi sebesar 0,30% (mtm), terutama disebabkan oleh naiknya harga canang sari.

“Peningkatan harga canang sari seiring dengan meningkatnya frekuensi upacara keagamaan sepanjang Agustus 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi masyarakat Bali (Hindu),” kata Trisno.

Beberapa harga kebutuhan pokok lainnya, seperti perlengkapan bayi, kopi bubuk dan vitamin juga tercatat mengalami peningkatan harga. Secara tahunan, core inflation Agustus 2021 tercatat sebesar 0,30% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,12% (yoy).

BACA JUGA :  Di Hadapan Presiden Joko Widodo, Dirut PLN Paparkan Pengembangan Hydropower di Tanah Air

Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar 0,08% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada harga angkutan udara seiring dengan minimnya aktivitas penerbangan ke Bali.

Sebagaimana diketahui, Provinsi Bali selama Agustus 2021 menerapkan PPKM level 4. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 0,08% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,10% (yoy). Kelompok barang volatile food juga mengalami deflasi sebesar 0,60% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit, daging ayam ras, dan cabai merah.

“Penurunan harga cabai rawit dan cabai merah seiring dengan terjaganya pasokan yang didukung oleh panen di berbagai daerah sentra produksi. Seiring dengan itu, penurunan harga daging ayam ras selaras dengan terjaganya pasokan di tengah lemahnya permintaan masyarakat,” jelasnya.

BACA JUGA :  BI Konsisten Dorong Pengembangan Standar Kualitas Layanan dan Inovasi QRIS

Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 0,60% (yoy), turun dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,17% (yoy). Sampai dengan Agustus 2021, penyumbang inflasi tahunan di 2021 adalah canang sari, daging babi, dan minyak goreng. Harga minyak goreng dari Agustus 2020 sampai dengan saat ini dalam tren yang terus meningkat dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan.

Bank Indonesia menilai inflasi Bali sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil. “Meskipun demikian, program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif) oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tetap terus didorong, terutama melalui digitalisasi UMKM pangan, Kerjasama Antar Daerah, digital farming, dan e-commerce,” tutupnya. (igp/r)

Related Posts