Kick-off Subak Spirit Festival di Jatiluwih, Wamen Giring: Jaga Subak, Jaga Masa Depan!
LITERASIPOST.COM – TABANAN | Subak Spirit Festival hadir secara perdana (Kick-Off) di Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, yang bertujuan memperkenalkan dan mengapresiasi warisan budaya Subak di Bali. Dengan tema “Pemuliaan Air”, festival ini mengajak masyarakat untuk merenungkan serta merayakan harmoni antara pelestarian Subak sebagai warisan budaya sakral dan pemulihan ekosistem air di Bali. Acara Kick-Off Subak Spirit Festival dihadiri secara virtual oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dan dihadiri secara langsung oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha; Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Arya Sugiartha; serta beberapa pejabat terkait lainnya, Sabtu (9/11/2024).
Terinspirasi oleh skema proteksi Subak yang diprakarsai oleh Kementerian Kebudayaan RI, Subak Spirit Festival menandai langkah penting dalam menjaga keseimbangan antara konservasi budaya Subak dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Festival ini bertujuan tidak hanya untuk memperingati pentingnya air dalam sistem Subak, tetapi juga untuk merayakan sawah sebagai jantung kehidupan masyarakat Bali. Lebih dari sekadar sistem irigasi, Subak adalah sistem sosial dan budaya yang mengokohkan kebersamaan, keberlanjutan, serta keseimbangan ekologis di Bali. Dengan semangat Tri Hita Karana, festival ini menyoroti hubungan harmonis antara (1) manusia dengan manusia, (2) manusia dengan alam dan (3) manusia dengan Tuhan, yang tercermin dalam setiap jengkal sawah Bali.
Wamen Kebudayaan, Giring Ganesha menyampaikan melalui Subak Spirit Festival berupaya menjawab tantangan ke depan dengan pendekatan holistik melalui tujuh ruang aktivasi, yaitu Budaya, Ekologi, Pengetahuan, Gastronomi, Olahraga, Pertunjukan, dan Publikasi. Festival ini bukan hanya perayaan tetapi juga gerakan, sebuah panggilan bagi generasi muda untuk kembali kepada nilai-nilai kearifan lokal, memahami budaya mereka, dan memeliharanya dengan penuh kebanggaan.
“Pelestarian Subak berarti melestarikan alam, seni, budaya, dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Sang Pencipta. Subak mengajarkan kita nilai-nilai universal yang relevan dengan visi besar Presiden kita dalam menciptakan kedaulatan pangan yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan bagi bangsa Indonesia. Dengan menjaga Subak, kita menjaga masa depan, menjaga kearifan, dan menjaga martabat kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan sumber daya,” ungkap Giring.
Pengunjung festival selama 9-10 November 2024 akan disuguhkan berbagai kegiatan yang memperkenalkan nilai budaya dan alam Bali, termasuk pelatihan, lomba, pameran budaya, serta pertunjukan seni tradisional seperti Joged Bumbung dan Mepantigan. Para musisi lokal seperti Joni Agung & Double T, Robi Navicula, Ayu Laksmi, dan Emoni pun turut menyemarakkan acara ini. Festival ini juga menawarkan kegiatan unik seperti road bike, nobar film, lomba menangkap belut, serta workshop Sunari dan Lelakut yang menggali lebih dalam kearifan lokal Bali dan filosofi hidup yang diwariskan dari sawah. Pada kesempatan ini juga dilaksanakan Deklarasi Penguatan Ekosistem Kebudayaan Lanskap Budaya Provinsi Bali Sebagai Manifestasi Filosofi Tri Hita Karana.
Tidak hanya itu, festival ini juga menampilkan ekosistem hilir Subak yang telah ditata sebagai destinasi wisata berkelanjutan, dengan manfaat ekonomi yang langsung mendukung pemeliharaan Subak di hulu. Inisiatif ini menggarisbawahi peran penting sawah sebagai penjaga ekosistem air dan sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Bali. Dalam festival ini, sawah tidak hanya dilihat dari sisi fungsinya, tetapi juga diperlakukan sebagai ruang seni ekologis dimana manusia dan alam terhubung dalam keseimbangan yang harmonis.
Dibal Ranuh, kurator Subak Spirit Festival, menyatakan konsep festival ini dirancang untuk mengajak pengunjung “kembali ke sawah” dan merasakan makna mendalam yang ada di sekitar persawahan. Ia menyampaikan, “Saya sengaja membuat konsep festival ini untuk mengajak penonton kembali ke sawah. Di sini, semua orang akan merasakan keaslian sawah—dari panas mataharinya, keindahan pemandangannya, hingga kegiatan sehari-hari di sawah. Kembali ke sawah adalah kembali ke natah (rumah). Sawah adalah rumah kita bersama yang harus selalu dijaga, dirawat, dan diwariskan untuk generasi-generasi berikutnya”.
Subak Spirit Festival 2024 bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga sebagai panggilan untuk menghargai dan melestarikan sawah sebagai elemen penting dalam kehidupan Bali. Dengan berbagai acara edukatif dan rekreatif yang memadukan alam, budaya, dan inovasi, festival ini mengajak masyarakat lokal maupun wisatawan untuk bersama-sama menjaga keindahan ekosistem Bali dan nilai budaya Subak, demi masa depan yang lebih baik bagi Bali dan dunia.
Ketut Purna alias Jon selaku Manajer DTW Jatiluwih, menyampaikan apresiasi atas diadakannya Subak Spirit Festival (Kick-Off 2024) di Jatiluwih dan berharap bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Saat ini Jatiluwih menjadi salah satu tujuan wisata. Pihaknya yakin dengan diadakan festival ini maka akan lebih banyak wisatawan yang datang. Selain itu, hampir semua kegiatan di festival ini melibatkan masyarakat Jatiluwih sehingga bisa ikut merasakan dampak ekonominya, baik pengelola kuliner maupun kesenian.
“Hotel-hotel yang ada di Jatiluwih penuh, bahkan sampai ke Baturiti, karena banyak tamu yang menginap dan ingin berkunjung ke Jatiluwih, jadi berdampak sangat positif untuk kehidupan masyarakat. Maka saya berharap festival ini diadakan berkelanjutan sekaligus untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa kita harus menjaga kelestarian sawah agar bisa diwariskan ke generasi berikutnya,” ungkapnya. (IGP)