Menpar Buka BBTF 2025: “Melestarikan Alam Hijau dan Warisan Budaya untuk Dunia”

LITERASIPOST.COM – NUSA DUA | Upacara pembukaan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) ke-11 dengan tema “Melestarikan Alam Hijau dan Warisan Budaya untuk Dunia” secara resmi digelar di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua pada Rabu (11/6). BBTF tahun ini menyambut 529 buyers dari 45 negara, 499 perusahaan penjual, dan 284 peserta pameran, yang berasal dari tujuh negara yakni Indonesia, Spanyol, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Namibia, dan Thailand, serta 11 provinsi di Indonesia yaitu Bali, NTB, NTT, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Selatan.
Pembukaan ditandai dengan pemukulan kulkul (musik bambu tradisional Bali) sebagai simbol persatuan dan komitmen kolektif.
Acara pembukaan BBTF 2025 dimulai dengan talk show “Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan dengan Warisan Budaya Tak Benda,” yang menyorot tradisi hidup Indonesia—sistem pengetahuan lokal dan nilai-nilai spiritual—sebagai fondasi pariwisata bertanggung jawab. Para pembicara panel adalah: 1) Jelle Therry, arsitek lanskap dan Direktur Urban Nature Design, membahas infrastruktur pariwisata, 2) Ida Bagus Agung Gunarthawa, mengangkat pariwisata berbasis komunitas di Samsara Living Museum, Karangasem, menekankan pentingnya menghidupkan kearifan lokal, 3) Jean Couteau, sejarawan budaya dan ahli seni asal Prancis yang tinggal lama di Bali, menyorot tantangan kehidupan modern dan nilai festival pura sebagai warisan tak benda, dan 4) Hector Busto dari Marriott Bonvoy, memaparkan keseimbangan antara kemewahan dan keberlanjutan.
Seluruh panel menegaskan pentingnya keaslian budaya untuk mendorong permintaan, serta strategi menanggulangi overtourism, tekanan lingkungan, dan dilusi budaya—khususnya di Bali. Diskusi ini memperkuat sinergi publik-swasta, pertukaran praktik terbaik, dan keyakinan pembeli global terhadap kepemimpinan Indonesia.
“Platform digital menawarkan jangkauan dan kecepatan, tetapi pameran offline seperti BBTF menciptakan koneksi manusia yang tak tertandingi. Interaksi tatap muka mengubah percakapan menjadi komitmen jangka panjang—menghidupkan bisnis pariwisata melalui tujuan bersama, narasi, dan kehadiran”, ungkap Putu Winastra, Ketua Panitia BBTF 2025.
BBTF dikenal sebagai pameran pariwisata dan perjalanan internasional terkemuka di Indonesia, memfasilitasi promosi destinasi, penguatan kemitraan industri, dan praktik pariwisata berkualitas serta berkelanjutan. Acara ini diselenggarakan ASITA Bali bekerja sama dengan pemangku kepentingan pemerintah dan swasta.
Dalam sambutan pembukaan, pemangku kepentingan pariwisata Bali menegaskan peran strategis BBTF dalam menjalin kemitraan bernilai tinggi dan bertanggung jawab antara penjual Indonesia dan pembeli internasional. Tema tahun ini menegaskan komitmen Indonesia untuk melindungi alam hijau dan warisan budaya, sekaligus meningkatkan tata kelola, kesiapan investasi, dan ketahanan destinasi Bali.
Siti Nugraha Maulana, Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, menyatakan bahwa BBTF telah menjadi “pameran perjalanan one-stop internasional terdepan Indonesia,” menyorot kontribusi pariwisata sebesar 4,1% PDB dan 22 juta lapangan kerja, peran soft power diplomasi yang menjadikan pengunjung sebagai duta budaya dan ekosistem “living ecosystems” Indonesia, serta kepemimpinan Indonesia dalam inisiatif pariwisata berkelanjutan—dari homestay desa hingga konservasi laut dan pengalaman ekologi di taman nasional—dengan total transaksi BBTF tahun lalu mencapai 7,6 triliun IDR, dan menegaskan bahwa sektor pariwisata harus menjadi katalisator perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan planet.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardana meneguhkan kembali komitmen pelestarian alam dan budaya, dengan pertumbuhan turis inbound 19% di 2024 dan 9,15% pada empat bulan pertama 2025, target ambisius 16 juta wisatawan internasional dan lebih dari satu miliar perjalanan domestik, menyebut Bali sebagai “mahkota” dengan kenaikan 20,1% wisatawan dan andil 44% devisa pariwisata nasional, serta peluncuran “Bali and Beyond Tourism Program” untuk meratakan kunjungan ke wilayah Jembrana, Buleleng, hingga Banyuwangi, menjadikan BBTF 2025 lahan kolaborasi travel agent, hotel, operator kapal pesiar, pusat kebugaran, MICE, desa wisata, dan pemerintah, dan puncaknya “Wonderful Indonesia Pavilion” bersama Bank Indonesia sebagai wujud gerakan budaya dan diplomasi pariwisata.
Ida Bagus Agung Parta Adnyana, Ketua Bali Tourism Board, menyambut tamu di “Pulau Dewata,” menegaskan pariwisata sebagai penyampai informasi, identitas, dan warisan, bukan angka semata. Ia menghadirkan tiga pilar—efisiensi digital untuk memperkuat koneksi manusia, keberlanjutan alam dan budaya, serta pengalaman otentik—serta mengumumkan BTB Special Awards untuk pejuang senyap di bidang pertanian berkelanjutan, pelestarian warisan, dan filosofi Tri Hita Karana. Penerima penghargaan di antaranya: 1) I Made Janur Yasa (Pertanian Berkelanjutan & Alam Hijau), 2) Prof. I Made Bandem (Pelestarian Seni & Budaya), dan 3) Puri Agung Ubud diwakili Tjokorda Gde Putra Sukawati (Penjaga Filosofi & Warisan Budaya).
“Kekuatan Bali tidak hanya terletak pada keindahannya, tapi juga pada masyarakat Bali dan budayanya—mereka yang mengabdikan hidup untuk melestarikan yang sakral, menginspirasi pembaharuan namun tetap menjaga nilai luhur yang esensial – inilah daya Tarik Bali yang sesungguhnya”, ucap Ida Bagus Agung Parta Adnyana.
Sementara itu TRAVEX (Travel Exchange), adalah sesi B2B terstruktur di BBTF yang mempertemukan pembeli dan penjual dalam pertemuan satu-per-satu rencananya dibuka pada hari kedua (12/6) oleh Gubernur Bali I Wayan Koster. (L’Post)