Satrio Welang Luncurkan Video Art Puisi “Luminosa”
LITERASIPOST.COM, Denpasar | Selepas peluncuran parfum puisi pertama pada 2023, kali ini seniman teater Moch Satrio Welang meluncurkan video art terbarunya, yang menandai peluncuran parfum puisi kedua bertajuk Luminosa: The Poetry by Satrio Welang di kanal Youtube @mochsatriowelang. Parfum puisi kedua ini merupakan bentuk ekspresi artistiknya lewat video art yang menampilkan petikan baris puisi yang ditulisnya sepanjang 2009 hingga 2023. Puisi yang sarat tema cinta dengan beragam dimensi kemanusiaan.
Dalam kemasan parfum Luminosa yang berbotol hitam dengan ukiran seni batik berwarna emas ini, disertakan 4 puisi terbaru yang ditulis sepanjang tahun 2023, berjudul ‘Burung-Burung di Langit Merah’, ‘Anak yang Memeluk Matahari’, ‘Negeri Puisi’, dan ‘Surat yang Tak Pernah Kaubaca.’
Puisi-puisi tersebut masih bertema kritik sosial, kemanusiaan, kematian yang menjadi sumber inspirasinya menulis. Baginya menulis puisi adalah bentuk berekspresi seperti pulang ke ‘rumah’, memasuki ruang dalam paling sunyi, dengan renung peristiwa kehidupan yang mendorong puisinya bergerak.
Luminosa berarti cahaya, puisi sebagai salah satu karya susastra diharap mampu menjadi penerang kala kita tersesat dalam gelap, berjibaku memburu kesejatian dan upaya mengeksplorasi nilai kehidupan. Lembar-lembar puisinya dapat dinikmati sebagai satu kesatuan artistik. Luminosa beraroma bunga, tetumbuhan, yang didominasi citrus yang segar.
Video art yang berdurasi 4 menit ini disutradarai secara artistik oleh Legu Adi Wiguna dari Quito Art Studio, mengusung tema Art Luxury Elegant, masih menggunakan topeng Sekartaji yang ikonik dalam setiap penampilan teatrikal Satrio Welang. Proses penyuntingan video art ini digarap oleh seniman muda, Eka Widya Putra, pemenang piala ‘Film Terbaik’ Sawma Movie Awards 2017 silam.
Dalam kaitan project parfum puisi, Satrio Welang berkata,” Parfum ini dapat dimaknai secara simbolik sebagai sebuah katarsis di zaman kini, di mana terlalu banyak hoax dan fitnah bertebaran. Tak jarang kita saling menyakiti. Mengumbar kebusukan demi kebusukan yang pada akhirnya tak sadar membuat mental generasi bangsa jatuh. Minder. Hanya berpangku tangan dan parahnya menjadi generasi yang kehilangan kharakter. Kita perlu harumkan bumi tempat kita tinggal ini dengan spirit kreatif yang menjadi kendaraan terus melaju. Kita memang tak akan pernah bisa membunuh ‘ular’ dalam diri. Kita hanya bisa hidup di atasnya. Mengendalikannya”.
Ia pun menambahkan, “Saya sempat bekerja berkelana mengelilingi dunia. Bertemu dengan begitu banyak orang asing. Dalam pergaulan luar, kita perlu meningkatkan kepercayaan diri dan kebanggaan akan budaya yang begitu kaya. Parfum ini dikemas dengan unsur artistik, semoga menjadi media komunikasi lintas bangsa bagi kawan-kawan saya yang ada Eropa dan Amerika”.
Ia pun berseloroh, “Waktu kita dalam hidup ini tidak banyak, lakukan apa yang ingin dilakukan. Nikmati hidup dalam gairah kreatifitas seni. Mari berselancar!”.
Teater Sastra Welang sendiri baru saja meluncurkan Antologi Puisi Palestina se-Indonesia, ‘Burung-Burung di Langit Merah’, sebagai bentuk menyuarakan perlawanan akan penindasan, polemik bertahun-tahun yang terjadi di Timur Tengah. (igp/r)