Tanggulangi HIV-AIDS di Bali, Hapus Stigma dan Diskriminasi ODHA
Stigma dan diskriminasi itu masih kuat, maka hal ini secara perlahan perlu dihilangkan dengan cara edukasi kepada masyarakat
LiterasiPost.com, Denpasar
Penanggulangan HIV-AIDS sampai saat ini dirasakan belum optimal. Pasalnya, stigma dan diskriminasi di masyarakat terhadap penyakit ini begitu kuat sehingga para penderita (Orang Dengan HIV-AIDS/ODHA) dan termasuk masyarakat umum (bukan penderita) merasa enggan untuk memeriksakan diri.
“Itulah yang membuat jadi susah mendeteksi. Stigma dan diskriminasi itu masih kuat, maka hal ini secara perlahan perlu dihilangkan dengan cara edukasi kepada masyarakat,” ujar dr. Gde Agus Suryadinata dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali ketika acara Penguatan Kelompok Jurnalis Peduli AIDS (KJPA) bertempat di Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali, Denpasar, Senin (21/6/2021).
Dikatakan, selama tahun 2000-2020 terdata estimasi ODHA di Bali sebanyak 25.996 orang. Kasus yang ditemukan sebanyak 24.456 orang, sedangkan ODHA on ARV (mengkonsumsi obat) sebanyak 9.728 orang.
“Dari 14.728 orang sisanya, sekitar 11 ribuan sudah dirujuk ke luar Bali, sudah meninggal dan diputus obatnya karena alergi. Sedangkan 4 ribuan keberadaannya tidak jelas,” sebutnya.
Pengelola Program KPA Provinsi Bali, I Wayan Yuni Ambara menjelaskan tren meningkatnya kasus HIV-AIDS di Bali perlu disikapi dengan sosialisasi guna meningkatkan pemahaman serta memberikan edukasi kepada masyarakat. Untuk itulah KPA Provinsi Bali melaksanakan kerja sama dengan berbagai media dalam wadah KJPA Bali.
“Sehingga mereka (media) bisa memberitakan HIV-AIDS di media mereka masing- masing sesuai dengan Perda Bali Nomor 3 Tahun 2006 tentang Penanggulangan AIDS, serta untuk ke depannya KJPA dapat diarahkan menjadi garda terdepan dalam memberikan informasi yang tepat dan akurat terhadap masyarakat Bali,” ungkapnya.
Tak hanya itu, dengan penguatan materi yang diberikan kepada anggota KJPA ini diharapkan mampu menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA serta menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV-AIDS di sekelilingnya dan menggalang komitmen atau partisipasi multi pihak untuk peduli terhadap penanggulangan AIDS.
Sementara itu Drs. Yahya Ansori, M.Si dari KPA Provinsi Bali menyampaikan materi tentang Penyajian Data AIDS untuk Media.
“Literasi media ini penting. Agar tidak menimbulkan sensasi dan mispersepsi maka penulisan masalah HIV-AIDS perlu cermat yaitu menggunakan istilah medis yang tepat, data yang akurat, sumber terpercaya dan tidak diskriminatif,” paparnya. (igp)