October 25, 2024
BALI

Diisi Berbagai Kegiatan, IDEP Gelar Pekan Masyarakat Tangguh

LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Kelaparan terjadi di seluruh dunia seiring dengan berkembangnya Covid-19 dari awal 2020. Menurut analisis World Food Program, sebanyak 41 juta orang mengalami kelaparan. Selama bertahun-tahun, kelaparan di dunia terus meningkat, terlebih di negara-negara berkembang dengan tingginya tingkat kemiskinan. Pada saat yang bersamaan, kekeringan dan banjir terjadi di sebagian besar wilayah yang diakibatkan oleh perubahan iklim.

Pemanasan global terus meningkat dan melaju begitu cepat, hingga melampaui kemampuan negara-negara untuk merespon masalah ini. Terlebih ketika dunia sedang menghadapi pandemi. Seperti Siklon Tropis Seroja yang melanda Indonesia, tepatnya Nusa Tenggara Timur pada 2021 silam. Direktur Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan, “Ini adalah sesuatu yang perlu kita sadari bersama; bahwa global warming harus segera dimitigasi. Siklon Tropis bisa saja menjadi fenomena rutin tiap tahun dan akan semakin berbahaya.”

BACA JUGA :  Dukung Agrowisata Kintamani, Dosen Prodi Teknologi Pangan FTP UNUD Olah Limbah Kulit Kopi Arabika jadi Teh Cascara

Meskipun bencana bertubi-tubi hadir dan pandemi masih saja menghantui, proyek pembangunan terus berlangsung, bahkan merambas areal konservasi. Di Bali, proyek Tol Gilimanuk-Mengwi berlangsung di tengah pandemi dan mengambil kawasan pertanian, hutan lindung, hingga Taman Nasional Bali Barat. Kemudian di wilayah lainnya, seperti Sumatera, Kalimantan, hingga Papua telah menjadi target pengembangan food estate yang menjadi bagian dari agenda strategis nasional.

Menurut WRI Indonesia, food estate sudah berulang kali diupayakan, namun kerap mengalami kegagalan karena tidak berhasil mengefektifkan penggunaan lahan. Program ini pun telah berlangsung dari masa pemerintahan Orde Baru. Selain tidak efektif, food estate juga mengancam keberlangsungan biodiversitas bumi dan lingkungan.

Padahal ada alternatif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi krisis pangan dan iklim, yaitu dengan food forest. Konsep ini yang diterapkan IDEP sebagai salah satu respon terhadap krisis lingkungan yang terjadi saat ini.

BACA JUGA :  Gencar Sosialisasi Bahaya Bermain Layang-layang Dekat Jaringan Listrik, PLN Catat Gangguan Turun 61 Persen

“Dengan pendekatan Permakultur, proyek food forest ini sedang kami kerjakan modelnya secara khusus di Banjar Bukit Sari, Desa Sumberklampok, Buleleng,” ungkap Edward Angimoy, Koordinator Pengambangan Sumber Daya dari IDEP Foundation.

Food forest menawarkan bentuk yang berkelanjutan; berorientasi ekologi dan berpihak pada masyarakat. Ketika masyarakat memiliki kendali atas sarana produksi dan lahan, makan kedaulatan pangan tentu dapat dicapai.

Edward menambahkan, “kedaulatan pangan penting karena warga berdaulat untuk menentukan produksi, distribusi, dan konsumsi pangan secara lokal, mandiri, dan berkelanjutan. Tujuannya jelas, agar warga terhindar dari krisis pangan”.

BACA JUGA :  Lestarikan Air Melalui Desa Bambu Agroforestri, Diageo Indonesia Gandeng Yayasan Bambu Lestari

Mewujudkan kedaulatan pangan adalah capaian yang diupayakan IDEP selama hampir 23 tahun. Melalui pendekatan permakultur, IDEP mulai melakukan pendampingan kepada masyarakat untuk menjadi lebih tangguh dan mandiri.

“Selama kurun waktu tersebut, IDEP mencoba untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya model yang dapat memberikan gambaran nyata bagi masyarakat tentang manfaat menjadi tangguh dan bagaimana menuju ke situ,” kata Edward dalam Konferensi Pers IDEP di Denpasar, Senin (9/52022).

Model-model menuju masyarakat tangguh yang ditampilkan IDEP ini pun dirangkum dalam suatu rangkaian kegiatan yang berlangsung selama sepekan. Pekan Masyarakat Tangguh akan menjadi wahana IDEP dan berbagai pihak dalam menampilkan model-model masyarakat tangguh yang juga dapat direplikasi sesuai dengan kebutuhan kondisi lokal masing-masing wilayah.

BACA JUGA :  FIB UNUD Adakan Pengabdian Masyarakat di SMAN 1 Selemadeg

Selama sepekan akan ada berbagai kegiatan, diantaranya Webinar, penanaman pohon bersama warga di lokasi food forest tepatnya di Sumberklampok–wilayah yang berdekatan dengan hutan lindung. Selanjutnya Pasar Rakyat yang berlangsung secara daring–di seluruh media sosial IDEP–dan luring–Kulidan Kitchen & Space. Pasar Rakyat akan menjadi etalase produk-produk petani dampingan IDEP dan mitra–UKM & industri rumah tangga–yang menerapkan komponen-komponen permakultur.

Ada pula pameran yang menampilkan dokumentasi perjalanan IDEP selama 23 tahun. Pameran ini akan berada di ruang daring dan luring, sehingga siapapun bisa melihat proses dan dinamika IDEP selama ini.

Puncak Pekan Masyarakat Tangguh ini akan diisi dengan rangkaian lokakarya. Kegiatan ini diharapkan menjadi berkelanjutan, menginspirasi, dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA :  60 Personel Kodim Tabanan Jalani Rapid Test Antigen

Acara puncak yang akan berlangsung pada Minggu (15/5/2022) juga diisi dengan presentasi karya proyek sosial dari komunitas dan pelajar yang terpilah dari proses seleksi sayembara yang berlangsung selama Pekan Masyarakat Tangguh. Lalu, ada Bedah Buku sekaligus Soft-Launching Buku IDEP bertajuk Permakultur di Wilayah Tropis. Kemudian sesi diskusi dilanjutkan dengan Pemutaran Film Lokawana yang akan membahas tentang krisis lingkungan di Bali. Puncak rangkaian acara pun diakhiri dengan hiburan dari musisi dan seniman yang mendukung kegiatan-kegiatan yang berorientasi lingkungan dan masyarakat.

Selain IDEP, akan ada berbagai komunitas, public figure, seniman, organisasi, dan masih banyak lagi yang akan melengkapi visi menuju masyarakat tangguh di Indonesia.

“Segala rangkaian ini juga bertujuan untuk menghimpun masyarakat dan menginisiasi Jejaring Nasional Permakultur Indonesia,” ungkap Sri Handayani, Koordinator Pendukung dari IDEP Foundation.

BACA JUGA :  Mahasiswa PSMIL Laksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Nusa Lembongan

Ia pun menambahkan, “IDEP juga melibatkan berbagai mitra untuk mempererat silaturahmi dan berbagi pengalaman dengan masyarakat dampingan, kolega, jaringan, pendukung, hingga relawan”.

Pekan Masyarakat Tangguh yang berlangsung dari 9 Mei hingga 15 Mei 2022 adalah sebuah awal dan bentuk dari eksperimentasi IDEP dan komunitas lainnya untuk menuju masyarakat tangguh.

“Pekan Masyarakat Tangguh ini diharapkan dapat menjadi penghubung antara warga, organisasi sipil, pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan semua pihak yang punya harapan sama, yakni menjadi Masyarakat Tangguh bersama-sama, sebab jejaring adalah kunci memperluas gerakan bahwa Masyarakat Tangguh itu bukan mustahil untuk dilakukan bersama-sama,” tutup Edward Angimoy. (igp)

Related Posts