November 25, 2024
GAYA HIDUP & TEKNOLOGI

Diskusi “Bipolar Together”, Harap Ada Perhatian Bagi ODB

LITERASIPOST.COM, KUTA | Serangkaian Hari Bipolar Sedunia yang diperingati setiap tanggal 30 Maret, Komunitas Bipolar Bali (KBB) menggelar acara diskusi di Hard Rock Cafe, Kuta Bali, Minggu (3/4/2022). Kegiatan yang mengusung tema “Bipolar Together” tersebut juga diisi penampilan para penyintas bipolar dalam bidang musik dan seni.

Ketua KBB, Yarra Rama mengatakan, diskusi menghadirkan narasumber dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali dan BPJS Kesehatan. Tujuannya, membahas kuota kerja bagi penyintas bipolar yang merupakan penyandang disabilitas mental dan juga ketersediaan obat bagi mereka yang sering diistilahkan dengan orang dengan bipolar (ODB).

BACA JUGA :  Hingga Hari Terakhir, 35.041 Orang Telah Divaksinasi Covid-19 di Sanur

“Ada kasus bahwa ODB dipecat dari pekerjaannya karena dianggap malas, padahal tidak demikian. Salah satu penyebab karena pengaruh bipolar yang diidapnya, terutama saat fase depresi,” ujarnya.

Untuk itulah diharapkan hasil diskusi bisa menjadi pesan bagi pemangku kebijakan agar memperhatikan ODB, membuat kebijakan dan menyediakan lapangan pekerjaan yang bersifat inklusif.

Ketua Komunitas Bipolar Bali (KBB), Yarra Rama. (Foto: igp)

“Kami pun ingin memberi masukan kepada BPJS Kesehatan, agar bisa mendapat jatah obat untuk satu bulan. Saat ini ketika ODB berobat di rumah sakit hanya diberi jatah obat untuk satu minggu. Itu membuat ODB susah karena mesti mengambil cuti kerja yang sering sulit didapat dari tempat kerjanya,” jelas wanita kelahiran Jakarta ini.

Jika itu dibiarkan, ia khawatir ODB menjadi malas untuk berobat. Padahal bagi ODB, obat medis sangat penting untuk membantu mereka pulih, bisa bekerja dan beraktivitas seperti orang kebanyakan.

BACA JUGA :  GoFood Luncurkan Program Rabu Gratis, Jaminan Gratis Ongkir Seharian dengan Mode Hemat

“Hal ini kami dorong terus agar mereka bersemangat berobat. Jangan sampai kami sudah mendorong teman-teman tapi ternyata obatnya tidak tersedia, atau jika pun tersedia hanya untuk waktu yang singkat, satu minggu, dan jika habis mesti berobat ke rumah sakit lagi,” pungkasnya.

Dari kegiatan diskusi tersebut diharapkan menemukan solusi terbaik dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi para pengidap maupun penyintas bipolar di Bali.

“Kami juga mengajak teman-teman untuk ikut berpartisipasi dalam performance. Jadi mereka juga diajak untuk tampil dan percaya diri karena seperti yang kita tahu stigma masyarakat saat ini masih sangat kental sehingga kebanyakan merasa kurang percaya diri, dan di acara ini kami mau teman-teman merasa sangat percaya diri bahkan di antara keluarganya sendiri,” kata Yarra yang juga penyintas bipolar.

BACA JUGA :  Songsong Pertemuan Tingkat Dunia COP-4, UNEP Tinjau Kesiapan RSUP Sanglah

Untuk diketahui, bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perubahan drastis pada suasana hati penderitanya. Bisa merasa sangat bahagia, kemudian berubah menjadi sangat sedih.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2017 ada sekitar 45 juta orang di seluruh dunia yang menderita gangguan bipolar. Gangguan ini merupakan salah satu penyebab utama cacat dan kematian akibat bunuh diri. Bipolar bisa ditangani dengan pengobatan medis dan psikoterapi yang membuat pengidap bipolar menjadi lebih stabil dan menjalani aktivitas keseharian dengan lebih baik. (igp)

Related Posts