MPUK dan Komunitas Moci Ikut Menangkan AMERTA
LiterasiPost.com, Denpasar –
Musyawarah Pelayanan Umat Kristen (MPUK) Kota Denpasar menyatakan apresiasinya terhadap program-program Paslon nomor urut 2, Gede Ngurah Ambara-Made Bagus Kertha Negara (AMERTA).
Dua perwakilan MPUK, Pendeta Betha Hasiholan Tamba, M.Th dan Pendeta Yonathan J. Sihombing M.Pd.K menyambangi Posko AMERTA di jalan Tulip No.15, Denpasar, Kamis (3/12/2020).
Pendeta Betha Hasiholan berharap program AMERTA dapat dijalankan nantinya. Sebagai warga Gereja sangat mendukung dan mendoakan agar usaha dan cita-cita Paslon AMERTA dapat terwujud.
“Apa yang dipaparkan paslon nomor 2 AMERTA, pada dasarnya kami mendukung, semoga ke depan harapan itu dapat terlaksana dan terwujud dengan baik,” kata Pendeta Betha.
Terkait kerukunan umat beragama di Kota Denpasar, MPUK menilai sudah berjalan dengan baik. Namun ke depan pihaknya berharap lebih ditingkatkan, terutama menyangkut sarana dan prasarana untuk umat Kristiani.
Pendeta Yonathan J. Sihombing menambahkan, sarana prasarana kegiatan umat Kristen selama ini tergolong masih minim. Secara mendasar, kata Yonathan, perbedaan yang ada perlu dilebur menjadi satu kesatuan dan bersama-sama untuk mewujudkan harapan.
“Karena kita memang tidak sama, tapi perlu bersama-sama, jadi harapan kita ke depan perlu diperlakukan sama dengan yang lain, jadi semua agama itu perlu mendapat perlakuan yang sama,” kata Pendeta Yonathan.
MPUK Denpasar sendiri membawahi 160 Gereja ditambah 500 Gereja lokal. Sebagai pengurus wadah umat Kristiani di Denpasar, MPUK berkewajiban menjalin komunikasi dengan berbagai pihak.
Pendeta Betha Hasiholan menambahkan, sejumlah program Paslon AMERTA telah dipaparkan, termasuk santunan kematian. Pihaknya mengakui program itu sangat membantu masyarakat.
“Ada santunan kematian Rp10 juta dan itu sangat membantu kelancaran prosesi yang ada,” katanya.
Selanjutnya Calon Wakil Walikota Denpasar, Bagus Kertha Negara menerima perwakilan dari Komunitas Motor Cikar (Moci) Denpasar. Mereka menyampaikan dukunganya kepada Paslon AMERTA.
Perwakilan MOCI juga menyampaikan keluhanya terkait penghasilannya dalam mengangkut sampah dari rumah ke rumah warga dengan upah yang tidak sebanding dengan pekerjaan berat yang mereka lakukan, pembuangan sampah ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) dipungut biaya lagi serta tidak ada standar biaya pengambilan sampah.
Menanggapi hal itu, Bagus Kertha Negara mengatakan seharusnya pemerintah membuatkan sistem maupun standar ongkos dan biaya bagi mereka yang bekerja pada pembuangan sampah. Selama ini pembuangan sampah melewati banyak alur mulai dari pengambilan sampah di rumah tangga dilanjutkan ke TPS dan berakhir ke TPA sehiy memerlukan banyak biaya. “Pemerintah mestinya mencari jalan keluar masalah sampah termasuk di TPA Suwung dimana sampah kian hari menggunung. (igp)