Petarung Muay Thai Siap Rebut Sabuk Kejuaraan Nasional di Ajang Summer Fights
LITERASIPOST.COM, BADUNG | Event bergengsi Summer Fights ke-4 akan menjadi penutup tahun yang menggembirakan bagi para pecinta olahraga seni beladiri Muaythai. Berbeda dari tiga event sebelumnya, Summer Fights kali ini akan memperebutkan sabuk kejuaraan di kategori middleweight, lightweight, dan welterweight.
Sabuk yang diperebutkan telah diotorisasi oleh Muaythai Professional Indonesia (MPI). Sehingga, para pemenang akan diakui sebagai petarung profesional dan boleh mengajukan tantangan terhadap para pemegang sabuk kejuaraan. Mereka juga bisa bertarung di ajang-ajang level internasional. Sabuk akan diperebutkan dalam laga Serieal vs Raymond (middleweight), Rahman vs Maruli (welterweight), dan Brandon vs Fahri (lightweight).
“Kami memang berencana membawa petarung-petarung Indonesia ke kancah internasional. Tahun depan kami akan membawa mereka untuk berlaga di Thailand”, ujar Marcos Manurung selaku promotor Summer Fight.
Perhelatan yang akan digelar pada 18 Desember 2022 dimulai pukul 16.00 Wita itu semakin spesial, sebab juga mengetengahkan match di nomor perempuan. Winnia vs Sri dijadwalkan akan bertarung di kelas semi pro. Di laga-laga internasional, kehadiran match perempuan tentu bukan hal asing lagi. Namun di Indonesia yang masih begitu patriarkis dan penuh bias gender, pertarungan Winnia dan Sri merupakan satu dobrakan spektakuler. Sudah barang tentu Summer Fight 2022 akan menjadi salah satu penanda dalam kaitannya dengan isu-isu feminisme di Indonesia.
Keistimewaan Summer Fight 2022 tidak berhenti di situ. Setelah ritual Wai Khru yang menggambarkan tradisi sportif, respek, dan kekesatriaan, perhelatan akbar yang akan menggemuruhkan International Conference Centre Bali itu dikejutkan oleh first match dua petarung muda belia yang sangat menjanjikan. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka digadang-gadang akan menjadi petarung profesional yang berlaga di event-event kelas dunia. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi promotor Summer Fight demi kepastian regenerasi Muaythai di Indonesia.
“Pecinta Muaythai di Indonesia makin banyak, dan kami ingin membuka ruang selebar-lebarnya agar mereka bisa menapaki karir di dunia yang digelutinya,” kata Marcos.
Sayangnya, setelah tiga kali digelar, event Summer Fight di Bali sama sekali belum mendapat dukungan dari pemerintah. Padahal event ini sangat strategis jika menjadi bagian dari sektor kepariwisataan, atau biasa disebut sport tourism. Berdasar data panitia penyelenggara, 65 persen dari dua ribu penonton summer fight adalah wisatawan mancanegara. Mereka datang ke Bali pertama-tama karena memang ingin menyaksikan Muaythai match.
Karena itu pula, sejak event yang pertama, Summer Fight sudah dikemas secara internasional. Bisa dilihat dari MC dan komentator yang menggunakan Bahasa Inggris. Bahkan wawancara dengan para petarung pun langsung dialihbahasakan oleh penerjemah.
“Kami sangat terbuka jika harus berkolaborasi dengan pemerintah. Namun jika tidak pun tak apa,” pungkas Marcos. (igp/r)