July 15, 2025
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Ratusan Anak Ramaikan Wimbakara Mewarnai PKB ke-47

LITERASIPOST.COM – DENPASAR | Panggung seni rupa anak-anak membuncah di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Ratusan siswa setingkat Sekolah Dasar, Minggu (22/6), menyulap halaman depan Gedung MMBG Taman Budaya Bali menjadi lautan warna dalam Lomba Mewarnai (Wimbakara Mewarnai).

Dengan semangat tak tertandingi, para bocah menorehkan krayon, pensil warna, bahkan teknik lanjutan seperti dusel dan cukil di atas gambar yang sama. Walau tema dan motif telah ditentukan, tiap anak menunjukkan sentuhan personal yang mencerminkan daya imajinasi dan kebebasan berekspresi khas dunia kanak-kanak.

BACA JUGA :  Indonesia Bertutur 2024 di Bali: Cine-Concert SAMSARA Karya Garin Nugroho Pentas Perdana

Tak ada beban, tak ada ragu. Goresan tangan kecil mereka tegas dan berani. Ada yang menonjolkan gradasi lembut dengan teknik dusel, menciptakan efek halus dan kesan tiga dimensi. Ada pula yang menerapkan teknik cukil, mengikis bagian permukaan warna untuk mengungkap lapisan warna di bawahnya — hasilnya mencolok, eksploratif, dan artistik.

“Teknik mereka luar biasa untuk ukuran anak-anak. Ini bukan sekadar mewarnai, ini panggung ekspresi dan keberanian visual,” puji Ketua Dewan Juri, Dr. Drs. I Made Ruta, M.Si, didampingi juri Dewa Putu Gede Budiarta, S.Sn., M.Sn dan Dra. Ni Made Purnama Utami.

Menurutnya, para peserta kemungkinan besar sudah dibina di sanggar-sanggar seni atau komunitas lukis sejak dini. “Dari cara mereka menggores, sudah terasa punya dasar yang kuat. Pilihan warnanya pun berani dan segar — antara realis dan naif. Dunia anak-anak memang ajaib, polos tapi dalam,” lanjutnya.

BACA JUGA :  Intensifkan "Beach Clean Up", Kader Gerindra Puspa Negara Minta APBD Badung Pro Pariwisata

Salah satu peserta, Putu Baskara Raynatta asal Denpasar, mengaku sudah mempersiapkan diri dengan latihan rutin. “Saya bawa krayon, penghapus, saputangan, sampai kuas kecil untuk membersihkan sisa warna. Biar rapi dan tidak berantakan,” ujar siswa kelas IV SD Tulang Ampiang itu.

Lomba ini bukan hanya soal menang atau kalah, tapi panggung lahirnya seniman-seniman masa depan. Kreativitas, teknik, keberanian berekspresi — semua menyatu dalam kertas, krayon, dan semangat.

PKB bukan hanya milik maestro. Di tangan anak-anak ini, seni warna justru menemukan napas baru. (L’Post/r)

Related Posts