May 17, 2025
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Sembilan Seniman Hadirkan “Reflection” di Santrian Art Gallery

LITERASIPOST.COM – DENPASAR | Santrian Art Gallery berkolaborasi dengan Jago Tarung Yogyakarta, menggelar pameran seni rupa bertajuk “Reflection” (refleksi). Pameran dibuka oleh Winnie Yamashita Rolindrawan (pengacara & pecinta seni) bertempat di Santrian Art Gallery, Sanur, Kota Denpasar, Jumat (9/5).

“Reflection” menampilkan sembilan seniman, yaitu A. Priyanto ‘Omplong’, Agung ‘Pekik’ Hanafi Purboaji, Dedy Sufriadi, Deskhairi, Hayatuddin, Hono Sun, Riki Antoni, Robi Fathoni dan Yudi Sulistyo.

Pameran seni rupa “Reflection” di Santrian Art Gallery. (Foto: Literasipost)

“Materi pameran dengan tema ini telah dipersiapkan sejak akhir tahun 2021. Adapun, refleksi yang dimaksud mencakup dua hal utama, yakni pertama, refleksi dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri atau intrapersonal”, jelas Dedi Yuniarto selaku kurator.

Jelasnya kembali, dipahami sebagai kehidupan yang dibimbing melalui olah refleksi menyadari sepenuhnya dan fokus akan di mana dan bagaimana diri kita saat ini (hic et nunc atau here and now). Menjalani hidup sepenuhnya, atau disebut mindfulness, yang dipraktikkan dengan cara hadir dan menyadari apa yang dilakukan. Maka terwujudlah pameran berjudul “Hic et Nunc / Here and Now” pada 4 Oktober – 4 November 2023 di Bottega & Artisan, Alam Sutera-Tangerang.

“Sementara materi yang disajikan di Santrian Art Gallery ini, merupakan ide refleksi yang kedua, yakni dalam hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya”, sambungnya.

BACA JUGA :  Prodi Doktor Ilmu Ekonomi UNUD Laksanakan Rapat DKPS dan DED

Tidak ada satu kata yang secara spesifik dapat menjelaskan makna dalam konteks ini. Maka terangkailah tiga kata, yakni “cerminan”, “lantunan” (dialektika), dan “pemikiran”, yang saling melengkapi. Manusia adalah cerminan dari eksistensi alam itu sendiri, sebab dari 118 elemen di bumi, sebanyak 21 elemen di antaranya terkandung di dalam tubuh manusia. Alam tidak semata material sebab di dalamnya terkandung aspek-aspek spiritual. Selama tubuh material manusia berinteraksi dengan tanah, air, udara, dan matahari, selama itu pula jiwa manusia mengalir meresapi alam semesta. 

Hilangnya nilai-nilai spiritual dan ilahiah pada diri manusia, berarti hilang pula hakikat alam semesta. Hilang pula makna filosofis dan religius dari diri manusia dalam menjaga keseimbangan dialektis (lantunan) antara dirinya, Tuhan, dan alam semesta. Maka selanjutnya muncul berbagai pemikiran (diskursus) dalam rangka manusia menghayati keberadaannya di tengah-tengah alam semesta itu.

Pameran berlangsung selama dua bulan sampai 27 Juli 2025 dan akan ditutup dengan program peluncuran buku berjudul sama dengan tema pameran. (L’post)

Related Posts