November 25, 2024
BALI

Soal Kelestarian Lingkungan, Pemuda Mesti Bersuara di KTT G20

LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Pemuda harus berperan penting dalam pembahasan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November mendatang. Hal ini lantaran salah satu isu prioritas yang dibahas adalah transisi energi lebih ramah lingkungan yang merupakan isu sangat berkaitan dengan bagaimana nasib pemuda hari ini di masa depan

Hal ini terungkap dalam diskusi yang diselenggarakan Maritim Muda Nusantara Daerah Bali bertajuk “Peran Pemuda dalam KTT G20 di Bali”, bertempat di Terali Resto, Denpasar, Selasa (25/10/2022).

BACA JUGA :  Bersama Pemkot Denpasar, Living World Denpasar Dukung Pelestarian Dam Oongan

Dalam kesempatan tersebut aktivis muda Bali, Agus Pebriana menyampaikan bahwa kelompok muda memiliki kepentingan dalam setiap agenda, rumusan, atau keputusan yang dihasilkan KTT G20 nanti.

“Hal ini karena segala macam keputusan ini akan berkaitan dengan nasib pemuda hari ini dimasa depan. Apakah pemuda hari ini dimasa depan masih bisa hidup nyaman, aman, sejahtera, adil secara ekonomi, dan bebas dari krisis kesehatan atau krisis ekonomi, ini tergantung dari apa hasil keputusan yang dibuat dalam KTT G20 nanti,” katanya

Lanjutnya, atas dasar itulah pemuda harus bergerak mendesak forum KTT G20 untuk mempertimbangkan dan mengakomodir aspirasi kelompok muda berkaitan dengan nasibnya di masa depan. Sebagai contoh bagaimana pemuda mendorong lahirnya keputusan konkrit terkait transisi energi.

BACA JUGA :  Benchmarking Pengelolaan Program Internasional, KUI UNUD Terima Kunjungan IPB

“Kelompok muda harus bahwa pembahasan berkenaan dengan transisi energi dapat menghasilkan keputusan konkrit. Ini karena transisi energi merupakan sesuatu hal yang betul-betul mendesak dibutuhkan untuk menciptakan bumi yang lebih bersih, nyaman, dan aman bagi para penghuninya,” terangnya

Dikatakan Agus, selama ini penggunaan energi bersumber dari fosil yang notabene menyumbang pencemaran dan mengakibatkan krisis iklim telah membuat bumi dalam keadaan yang sangat rusak ditandai dengan ketidakpastian iklim seperti hujan dengan intensitas deras, kepanasan, kekeringan, dan kedinginan.

“Kondisi bumi yang tidak pasti ini kemudian menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan bencana lainya yang kemudian membuat penghuninya yakni manusia dalam keadaan yang juga tidak pasti karena dihantui oleh bencana,” sebutnya.

BACA JUGA :  PLN Hadirkan Nyala Terang Selama Pertandingan Persahabatan U-17 di Stadion Dipta

Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bali akhir-akhir ini dapat menjadi contoh yang mengindikasikan bahwa Bumi dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Dimana ketahanan bumi mulai meleleh sehingga bumi tidak bisa melakukan recovery untuk dirinya sendiri.

Berdasarkan alasan tersebutlah, menurut Agus Pebriana, kelompok muda harus mengambil peran dengan cara mendesak dan ikut aktif dalam perumusan segala macam keputusan KTT G-20 untuk memastikan agar keputusan yang lahir merupakan keputusan yang lebih mengedepankan keberlangsungan dan kelestarian lingkungan.

BACA JUGA :  Tim Ops Nusantara Cooling System Silaturahmi ke PHDI Pusat

“Pendekatan hari ini yang harus dilakukan oleh kelompok muda adalah pendekatan kebijakan dengan mendesak lahirnya kebijakan-kebijakan yang lebih ramah terhadap lingkungan agar kemudian bumi yang kita tinggali dimasa mendatang lebih nyaman dan aman,” ungkapnya. (igp/r)

Related Posts