November 8, 2025
PARIWISATA & SENI BUDAYA

Tangkap Belut hingga Panggung Budaya Meriahkan Hari Kedua Subak Spirit Festival 2024 di Jatiluwih

LITERASIPOST.COM – TABANAN | Hari kedua Subak Spirit Festival 2024 di Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Minggu (10/11/2024), yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan RI dimeriahkan dengan rangkaian kegiatan penuh makna, mulai dari lokakarya kreatif, pertunjukan budaya, hingga kolaborasi artistik. Semua itu mempertegas komitmen Bali untuk menjaga warisan budaya sekaligus mendukung ketahanan pangan berkelanjutan dalam sistem Subak.

Lokakarya membuat Lelakut (orang-orangan sawah tradisional) dan Sunari (kerajinan daun kelapa) menarik minat banyak peserta, khususnya generasi muda dan masyarakat sekitar, yang ingin lebih mengenal serta mendalami kearifan lokal. Aktivitas ini menghubungkan mereka dengan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam budaya Subak. Sementara itu, Lomba Menangkap Belut menjadi salah satu kontes yang paling seru, menghadirkan suasana penuh kegembiraan dan menghidupkan kembali keterampilan tradisional menangkap belut di sawah.

Salah satu pertunjukan budaya mengisi Subak Spirit Festival 2024. (Foto: Literasipost)

Menghidupkan panggung budaya, para siswa dari sekolah-sekolah menampilkan tarian kreasi unik seperti Siat Sipat dari SMAN 2 Amlapura dan Tari Kreasi dari SMPN 4 Bebandem. Sorotan lainnya termasuk Tari Jatayu yang penuh makna, Tari Munggah Nini yang sakral, hingga tari kontemporer Sejak Padi Mengakar yang menggambarkan siklus padi sebagai sumber kehidupan di Bali. Selain itu, pertunjukan wayang dan tarian Joged Bumbung menambah kekayaan budaya yang ditampilkan kepada pengunjung.

Penampilan akustik dari Gede Robi (Navicula) dan irama reggae oleh Joni Agung & Double T menjadi pukau yang semarak di hari kedua ini. Kedua musisi yang sangat dekat dengan budaya Bali ini memberikan sentuhan musikal yang membangkitkan rasa persatuan, sekaligus mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya pelestarian dan ketahanan budaya.

Lokakarya fotografi dan videografi menarik perhatian besar, menunjukkan antusiasme masyarakat Bali dalam mendokumentasikan lanskap budaya mereka. Di bawah bimbingan para fotografer ternama seperti Tjandra Hutama, Gede Lila, dan Made Dana, lokakarya fotografi ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang ingin menangkap keindahan Subak dan lingkungannya. Sementara itu, lokakarya video konten melalui ponsel oleh Echa Laksmi berhasil menarik 50 peserta yang belajar cara bercerita melalui video, menjadikan warisan Subak sebagai konten digital yang menarik.

BACA JUGA :  Polda Bali Ungkap Kasus Curas, Dua Pelaku Diberi Tindakan Tegas Terukur

“Sejak awal kita konsepkan, kenapa festival ini diadakan betul-betul di sawah? Kita ingin mengajak anak-anak, generasi muda, ayo kita ke sawah, sawah adalah rumahku, sehingga bisa merasakan panasnya, hujannya, lumpurnya, bagaimana petani itu ada di sawah, melalui festival ini kita ingin mengedukasi mereka untuk turun menyentuh padi secara langsung karena padi di sini adalah sakral, kita harus menghargai padi,” ungkap Dibal Ranuh, kurator Subak Spirit Festival.

Subak Spirit Festival 2024 ini juga menekankan dukungan Bali terhadap program ketahanan pangan berkelanjutan, yang menjadi inti dari sistem Subak. Dengan menghormati praktik pertanian tradisional dan sistem irigasi ini, festival memperlihatkan pentingnya pendekatan pembangunan yang seimbang, yang mengutamakan pelestarian ekologi, kesinambungan budaya, dan ketahanan pangan.

Seiring berakhirnya festival hari kedua, para peserta pulang dengan penuh inspirasi, keterampilan baru, serta rasa keterhubungan yang lebih dalam terhadap warisan pertanian Bali. Subak Spirit Festival 2024 berhasil menjembatani generasi, tradisi, dan inovasi, menciptakan perayaan budaya hidup Bali yang akan terus dikenang.

BACA JUGA :  Ahli Virologi FKH UNUD Peroleh Pendampingan Riset Vaksin Unggas dari PT Sanbio Laboratories

“Semoga festival ini bisa kita teruskan di tahun-tahun mendatang, dan kita akan adakan di tempat yang berbeda di antara wilayah lima kabupaten (15 desa) yang ikut dalam deklarasi, yakni Tabanan, Buleleng, Bangli, Gianyar, dan Badung,” jelasnya.

Manajer DTW Jatiluwih, Ketut Purna alias Jon mengaku setiap perhelatan festival di Jatiluwih, termasuk Subak Spirit Festival, memberikan dampak positif bagi sektor ekonomi dan pariwisata setempat. “Warga kami banyak yang dilibatkan, baik itu UMKM maupun seniman atau komunitas. Di samping itu juga memberikan imbas positif bagi usaha hotel dan restoran atau warung kuliner di kawasan Jatiluwih,” katanya. (IGP)

Related Posts