November 25, 2024
GAYA HIDUP & TEKNOLOGI

Dorongan Hati Switi Merawat Anjing Bali

LiterasiPost.com, Denpasar –
I Gusti Ayu Putu Jaya Kurnia Sari, aktivis independen yang bergerak menyelamatkan dan memelihara anjing lokal di Bali, menilai perlu ada kesadaran agar anjing Bali diperhatikan secara serius oleh masyarakat Bali sendiri.

Selama ini anjing Bali masih terkesan kurang terawat sehingga keberadaannya terasa terjajah di negeri sendiri.

BACA JUGA :  Songsong Pilkada Serentak 2024, KPU Badung Segera Rekrut 1.509 Pantarlih/PPDP

“Anjing Bali dijajah di negerinya sendiri, sebab masih ada anggapan kurang bergengsi bila memelihara anjing Bali dan bukan sebagai kebutuhan, seperti ‘anjing kacang’ betina masih banyak dibuang di jalanan umum,” ujar Ayu yang akrab disapa Putu Switi, Rabu (9/12/2020).

Wanita asal Desa Baler Bale Agung, Jembrana yang bertempat tinggal di Batubulan, Gianyar ini menuturkan kisah mengenai kecintaannya terhadap anjing lokal Bali. Semula ia menyukai anjing Bali karena sempat mengalami gangguan bipolar, yaitu suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati.

BACA JUGA :  Bali Safari Park Hadirkan Rainforest Trail, Pengunjung Bisa Lebih Dekat dengan Satwa hingga Dukung Konservasi

Ketika ia memelihara anjing Bali, maka suasana hati dan kesepiannya cukup terobati. Awalnya Switi memelihara satu ekor anjing. Di depan rumah ia menemukan anjing liar yang kemudian juga dirawatnya. Alhasil, setiap di jalanan umum dan bila menemui anjing yang “bermasalah” baik karena kesehatan maupun fisiknya, muncullah inisiatifnya untuk segera merawat.

“Jadi pengalaman untuk feeding di lapangan saya lebih suka merawat anjing Bali, meski ada stigma anjing Bali itu dianggap anjing kampung, tidak menarik dari struktur penampilan. Akan tetapi, saya rawat anjing Bali yang liar atau tidak ada yang memiliki, lalu saya obati di rumah sampai sembuh,” tuturnya.

BACA JUGA :  De Gajah Dilantik Jadi Ketua Pertina Bali, Emban Misi Peningkatan Prestasi

Selama ini ia sering melihat anjing Bali diberikan makanan sisa. Menurutnya hal itu sebagai ketidakadilan. Maka hatinya pun terketuk untuk memberi makanan anjing Bali.

“Sepertinya anjing Bali tidak dispesialkan. Jadi saya ingin ajak masyarakat untuk mulai memelihara dan jangan takut untuk memelihara anjing Bali,” imbuh wanita kelahiran tahun 1978 ini.

BACA JUGA :  Mantap! SMPN 1 Kuta Selatan jadi Pemenang Kompetisi DAURI

Ditambahkannya, dahulu ia sempat bekerjasama dengan yayasan swasta dalam bidang steril anjing liar. Namun kini, ia tak ragu-ragu memakai uang pribadi untuk klinik anjing Bali yang mengalami luka di kulit, mal nutrisi, dan sejenisnya. Ia pun masih membuka kesempatan bagi setiap pihak dari mana saja untuk ikut membantu kelestarian anjing Bali.

“Sekarang setelah dampak pandemi, perawatan feeding anjing liar masih dari kantong pribadi. Walau tiga bulan sebelumnya pernah pula dibantu donatur orang asing, tetapi saat ini saya gunakan biaya sendiri untuk feeding anjing liar maupun anjing rescue yang dirawat di rumah,” katanya.

BACA JUGA :  Adakan Customer Gathering, RSUP Prof Ngoerah Jalin Komunikasi Soal Pelayanan Pasien Asing

Ia melakukan rescue secara pribadi sejak tiga tahun lalu dan feeding dari dua tahun yang lalu terhadap 50 anjing jalanan setiap malam.

Lokasi feeding sering dilakukan di area Terminal Batubulan, sekitaran Kuburan Singapadu, Pasar Kebon Singapadu, Barong State Batubulan, dan wilayah lainnya.

“Kalau di rumah sendiri ada 30 ekor anjing Bali dewasa dan 17 anjing puppy. Semua itu saya beri makan nasi, kepala ayam, dog food sekarang dalam situasi pandemi mereka mulai belajar makan kulit roti,” pungkasnya. (igp)

Related Posts