Harmoni Manusia dan Alam, Budi Asih akan Pamerkan Puluhan Lukisannya di Bali
LITERASIPOST.COM, DENPASAR | Perupa perempuan, Budi Asih akan memamerkan hasil karyanya di galeri Art Xchange (Kopi Bali House), Sanur – Denpasar selama sebulan penuh pada 25 November hingga 25 Desember 2022. Sebanyak 20 karya lukisnya yang menawan nantinya dapat dinikmati oleh para pengunjung dalam ajang pameran yang bertajuk “Cheerful World”.
Budi Asih menceritakan tentang kecintaannya pada alam dan anak-anak. Inilah yang menjadi ide atau inspirasi dari seluruh hasil karya lukisnya selama ini. Pohon, air dan manusia menjadi poin dalam lukisan Budi Asih. Baginya, ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk menjaga keseimbangan di alam semesta ini.
“Pohon dapat memberikan Oksigen dan keteduhan bagi makhluk lain, akarnya bisa menjaga tanah dan menghasilkan mata air. Sedangkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, harus bisa menjadi penyeimbangnya. Semuanya saling berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain. Dari sinilah muncul inspirasi saya membuat lukisan yang didominasi pohon, air dan manusia, serta anak-anak. Saya menekuni untuk melukis sejak tahun 2017,” kata Budi Asih saat press conference secara virtual, Sabtu (19/11/2022).
Bali menjadi pilihan untuk memamerkan hasil karya lukisnya kali ini, setelah pernah mengadakan pameran di Taiwan, Malaysia, dan Jakarta.
Sementara itu Kurator, Arif Bagus Prasetyo menilai lukisan Budi Asih mengusung energi kreatif dengan ekspresi bebas yang biasa terlihat pada gambar buatan anak-anak. Ungkapan visualnya segar, spontan, ringan, dan imajinatif, tetapi juga menghadirkan keajaiban desain yang rinci, bahkan sering kali canggih dan rumit. Budi Asih seolah-olah mempunyai mekanisme intuitif yang kuat untuk menstrukturkan kelabilan jiwa “autistik” kanak-kanaknya ke dalam pola-pola kesadaran ruang.
“Secara visual, karya Budi Asih memiliki karakter naif yang mengingatkan pada sebentuk dunia citra khas ciptaan anak-anak. Citra dengan kualitas datar menguasai ruang lukisan. Tidak ada ilusi kedalaman ruang tiga dimensional. Tidak ada perspektif. Figur-figur dikonstruksikan secara sederhana, meskipun ornamentasinya sering sangat mendetail. Warna-warni lukisannya cerah dan meriah. Suasana dalam karya Asih selalu terasa riuh, ringan, dan riang, menyiratkan atmosfir pesta,” jelas Arif.
Dikatakan, karya Asih terlihat diresapi gaya seni rupa yang disebut Art Brut. Seniman besar Prancis, Jean Dubuffet, menyebut bahwa Art Brut mencakup gambar ciptaan anak-anak. Kendati diilhami dunia kanak-kanak yang naif, karya Asih sesungguhnya sama sekali tidak naif.
Harmoni manusia dengan alam dan harmoni manusia dengan sesama merupakan tema yang banyak digarap Asih dalam karya-karyanya. Citraan alam seperti pohon, bunga, dan hamparan sawah banyak mengisi bidang lukisannya. Bersama figur-figur berciri kartun, citraan alam banyak digunakan Asih untuk mengungkapkan kepedulian kuatnya terhadap isu lingkungan.
“Dalam karya ‘Air’, contohnya, Asih bertutur tentang air sebagai sumber kehidupan. Urgensi masalah air di tengah ancaman krisis ekologi global dalam kehidupan kontemporer disimbolkan dengan citra gembor atau ceret penyiram tanaman yang kerap muncul dalam lukisan-lukisannya,” sebutnya.
Banyak karya Asih menjelajahi hubungan manusia dengan sesama, makhluk lain maupun alam. Dalam karya “Kesetimbangan”, Asih menyoroti ketidakharmonisan hubungan itu. Dengan cara yang halus dan elegan, dia melontarkan kritik terhadap perilaku eksploitatif manusia yang mengobjekkan pihak lain, termasuk alam. Dalam karya lain, “Catatan Harian”, Asih mengungkapkan renungannya tentang anak yang diharapkan akan menjadi berkah bagi semesta.
“Di tengah situasi hari-hari ini yang terasa menyesakkan dada akibat pandemi, perang, bencana alam, dan berbagai krisis global, dunia ceria dalam lukisan Budi Asih terasa meniupkan udara segar. Karyanya mengumandangkan semangat optimisme yang mesti kita jaga dalam mengarungi kehidupan yang dihantui kecemasan, ketidakpastian, dan kekalutan,” pungkas Arif. (igp)