Dorong Inovasi Berbasis Digital, BI Ajak Mahasiswa Gunakan QRIS
LiterasiPost.com, Denpasar –
Pembatasan mobilitas manusia di tengah pandemi Covid-19 telah mendorong pergeseran perilaku menjadi serba digital, dengan peralihan kegiatan yang dulunya mayoritas offline menjadi online. Pada saat ini seluruh generasi terutama generasi milenial telah menjadi semakin akrab dengan digitalisasi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho saat memberikan sambutan pada acara Web Seminar (Webinar) yang digelar Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar dengan tema “Inovasi & Digitalisasi: Solusi Kebangkitan Ekonomi”, Kamis (18/2/2021).
“Pergeseran perilaku menjadi serba digital yang dibarengi dengan potensi digitalisasi yang tinggi memunculkan berbagai inovasi layanan digital di berbagai sektor ekonomi. Misal, akses layanan perbankan secara nir-sentuh dari mana saja dan kapan saja. Muncul taxi delivery grocery, fuel on delivery, contactless services, resto at home hingga supermarket booking spot,” ujar Trisno.
Semua inovasi digital tersebut memerlukan dukungan sistem pembayaran melalui penguatan digital payment from offline to online payment yang berbasis nir-sentuh sesuai dengan rekomendasi WHO seperti QRIS.
Salah satu kebijakan BI yang mendukung akselerasi sistem pembayaran non-tunai berbasis digital adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dengan prinsip CeMuMuAH (cepat, mudah, murah, aman dan handal).
“QRIS bukanlah aplikasi, melainkan kebijakan standarisasi QR Code Pembayaran sehingga satu QR dapat dibaca oleh semua aplikasi. Implementasi QRIS terakselerasi sangat cepat sejalan dengan inovasi model-model bisnis yang bergeser dari offline to online,” jelasnya.
Selain itu, QRIS juga semakin memudahkan masyarakat baik merchant maupun buyer karena cukup memiliki satu aplikasi dengan cukup satu sumber dana pembayaran.
QRIS telah mengalami akselerasi yang sangat cepat sejalan dengan inovasi digitalisasi yang bergeser mengikuti prinsip cleanliness, health, safety, and environmental (CHSE), karena tidak membutuhkan kontak fisik baik langsung maupun tidak langsung (tanpa tatap muka) dalam prosesnya.
“Dengan QRIS diharapkan dapat semakin meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses bisnis yang ada sehingga akan berdampak pada percepatan kebangkitan geliat perekonomian Bali,” sambung Trisno.
Dikatakannya, per 11 Februari 2021 jumlah merchant yang sudah menerapkan digitalisasi pembayaran berbasis QRIS di Provinsi Bali tercatat 187.043 merchant, atau meningkat 633 persen dibandingkan tahun 2020. Ekspansi jumlah merchant tersebut mampu meningkatkan penggunaan transaksi digital berbasis QRIS di masyarakat, yakni lebih dari 269 ribu kali transaksi dengan nominal mencapai Rp22,72 miliar pada akhir Desember 2020. Dimana 70 persen berasal dari transaksi pada usaha mikro, kecil dan menengah.
“Saat ini, Bali menjadi provinsi ke-8 dengan jumlah merchant terbesar di Indonesia dan hal ini saya yakini akan terus meningkat terutama dalam tatanan hidup era baru saat ini,” sebutnya.
Pihaknya mengajak para mahasiswa untuk merespon digitalisasi dengan positif termasuk penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran dalam berbagai kegiatan di kampus dan kegiatan sehari hari serta untuk mendorong penggunaan inovasi-inovasi berbasis digital dalam pengembangan Entrepreneurship di kalangan generasi Milenial untuk masa depan.
“Kami berharap seluruh civitas akademika Undiknas dapat menjadi penggerak perubahan dan menjadi duta digitalisasi termasuk QRIS di seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya.
Webinar tersebut turut dihadiri oleh Dr. Nyoman Sri Subawa, S.T., S.Sos., M.M. (Rektor Undiknas), Prof. Dr. IB Raka Suardana (Dekan FEB Undiknas/Moderator), Luh Putu Mahyuni, Ph.D., CA., CSRA., CMA. (Dosen FEB Undiknas/Narasumber), Agustina Samara (Praktisi dari DANA/Narasumber) serta mahasiswa. (igp)