November 15, 2024
PENDIDIKAN

OKL Street Library, Bangkitkan Literasi Warga Terpencil Malaka dan NTT

LiterasiPost.com, Nusa Tenggara Timur –
Konsep perpustakaan jalanan adalah suatu fenomena global. Dimana perpustakaan digelar di depan rumah atau tempat-tempat keramaian yang biasa dikunjungi masyarakat. Konsep seperti ini sudah diterapkan diberbagai negara, dan juga beberapa kota di Indonesia.

Untuk pertama kalinya, perpustakaan jalanan hadir di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nama “OKL Street Library”. Tepatnya berada di daerah terpencil Tahak Debunaruk, Desa Railor, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, perpustakaan ini menyediakan buku-buku berkualitas dan terbuka bagi siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa maupun masyarakat umum.

BACA JUGA :  FKH UNUD Gelar Kuliah Tamu Hibah Pengabdian Diktiristek

“Perpustakaan berkonsep jalanan seperti ini belum pernah ada di Malaka maupun NTT pada umumnya, sehingga muncul ide mendirikan perpustakaan jalanan ini sebagai konsep baru untuk membangkitkan imun budaya literasi masyarakat sekaligus melek membaca buku,” ungkap Founder OKL Street Library, Oktavianus Klau Lekik, Minggu (4/4/2021).

Dikatakannya, hal ini juga sejalan dengan program pemerintah NTT, yaitu menuju provinsi berbudaya literasi. Literasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini. Namun fakta di lapangan menunjukkan minat baca di masyarakat masih rendah.

BACA JUGA :  Target Mahasiswa Asing Meningkat, KUI Promosikan UNUD ke Yamaguchi University

Literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara (Most Littered Nation in the World, Central Connecticut State University tahun 2016). Menurut UNESCO tahun 2012, minat baca Indonesia hanya 0,001 (1000:1=rendah), kemudian mengutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bahwa banyak anak di Indonesia Timur menghadapi tantangan multisektoral, salah satunya adalah kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar. Keterbatasan itulah yang membuat empat dari 34 provinsi di Indonesia memiliki tingkat literasi rendah, salah satunya NTT dengan tingkat literasi terendah.

“Bukan suatu kebetulan ketika NTT menjadi provinsi dengan tingkat literasi terendah. Bisa saja disebabkan beberapa faktor, seperti kurangnya akses perpustakaan, ketersedian buku-buku dan harga buku yang tinggi. Maka solusinya adalah meningkatkan tingkat literasi informasi dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan mudah diakses oleh masyarakat,” jelas Oktavianus.

Founder OKL Street Library, Oktavianus Klau Lekik bersama beberapa staf pengajar di perpustakaan jalanan. (Foto: ist)

Oleh karena itu, kehadiran perpustakaan jalanan ini menjadi konsep baru untuk mencapai tujuan bersama. Pertama, untuk menginspirasi masyarakat tentang pentingnya literasi guna mencerdaskan anak bangsa menuju anak Indonesia yang sejahtera. Kedua, untuk mengembalikan imun baca dan menulis di masyarakat. Ketiga, menginspirasi masyarakat untuk melek literasi buku, literasi informasi, literasi media, literasi budaya, literasi Bahasa Inggris dan teknologi. Kemudian keempat, untuk memotivasi kaum muda-mudi lainnya untuk mengadakan program-program literasi demi mencerdaskan anak-anak bangsa dari daerah 3T di Malaka NTT. Sehingga imun literasi masyarakat disegarkan kembali menuju masyarakat yang berkarakter dan berbudaya literasi.

OKL Street Library berbasis literasi pendidikan di Malaka-NTT ini dengan tagline ask me how to be a smart literacy: open the book, reading and implementing, mengajak masyarakat untuk melek hal-hal penting terkait literasi guna mencerdaskan diri dalam keluarga, lingkungan, dan masyarakat secara luas.

BACA JUGA :  Tanggapi Isu Kekerasan Seksual, Begini Penjelasan Rektor Unud

“Masyarakat kami ajak untuk membaca buku-buku yang disediakan, berdiskusi, selain itu mengajak anak-anak mengikuti kelas-kelas edukatif berbasis project sosial yang diadakan meliputi kelas Bahasa Inggris, kelas membaca dan menulis, kelas daur ulang limbah dan kreativitas anak, media sharing session: NGOPI-DIA (Ngobrol Pintar Tentang Media), kelas public speaking, kelas menggambar dan mewarnai, kelas bidu tarian daerah, pelatihan pembuatan makanan khas daerah dan lainnya. Kami juga ajak anak-anak dalam perlombaan, seperti lomba membaca, lomba menggambar, lomba mewarnai dan lain-lain,” ujarnya.

Oktavianus menegaskan bahwa kehadiran perpustakaan jalanan ini bukan hanya miliknya sendiri, tetapi milik semua orang di Malaka dan NTT. Diharapkan membawa banyak manfaat untuk mengembalikan imun masyarakat terhadap literasi baca, memberikan pengetahuan literasi, pengalaman literasi, wawasan literasi, serta cara pandang baru berliterasi bagi seluruh masyarakat untuk menjadi masyarakat yang berbudaya dalam literasi, baik dalam literasi buku, literasi media, literasi budaya, literasi Bahasa Inggris, literasi sains, literasi teknologi ataupun literasi Informasi.

BACA JUGA :  Fakultas Pertanian UNUD Dorong Mahasiswa Juarai Kompetisi Wirausaha Muda Nasional

“Pegiat literasi dengan konsep perpustakaan jalanan ini bukanlah sebuah organisasi melainkan wadah komunitas literasi untuk menggerakkan masyarakat melek literasi. Kenapa OKL Street Library? We share literacy, education and knowledge. Sukses hanya bagi orang-orang yang melek membaca buku, maka bersahabat baiklah dengan buku dan percayakan literasi sebagai indikator utama sebuah kesuksesan, seperti kutipan ‘Never trust anyone who has not brought a book with them – Lemony Snicket’,” pungkasnya. (igp/r)

Related Posts